Mohon tunggu...
Nabila Caramia
Nabila Caramia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa semester 6 program studi S1 Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta

Saya memiliki ketertarikan pada bidang seni dan budaya. Ketertarikan saya didasari oleh minat dan bakat saya yakni menyanyi dan menari. Saya juga memiliki ketertarikan lain dalam bidang public speaking, diantaranya pembawa acara, baik master of ceremony maupun news anchor, dan pembaca puisi. Di waktu senggang, saya senang menghabiskan waktu saya dengan membaca buku fiksi dan nonfiksi.

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Sehat

Mobilisasi Tanpa Transportasi; Ketersediaan Fasilitas Umum yang Tidak Mumpuni

12 April 2023   06:36 Diperbarui: 21 Juni 2023   02:23 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Sehat. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Emisi karbon yang disebabkan oleh peningkatan jumlah kendaraan pribadi kian memprihatinkan. Bahan bakar fosil, penghasil energi bagi mesin transportasi menjadi salah satu penyumbang terbesar dari terkikisnya lapisan bumi dan menimbulkan perubahan cuaca. Perubahan lainnya yang terjadi adalah menaiknya suhu bumi dan menyebabkan mencairnya es di kedua kutub, baik Kutub Utara maupun Kutub Selatan. Secara tidak langsung, bencana alam pun memiliki kemungkinan untuk terjadi lebih parah dibandingkan yang sebelumnya.

Pentingnya partisipasi dalam melindungi lingkungan, terlepas dari ukuran dampak atau manfaatnya. Sebagai warga negara dan masyarakat, kita dapat melakukan kontribusi untuk mengurangi dampak emisi karbon agar tidak semakin parah. Kita harus mengurangi jumlah penggunaan kendaraan pribadi sebisa mungkin. Namun, bagaimana caranya?

Berjalan kaki dapat membantu kita untuk berkontribusi dalam menjaga bumi serta ekosistem yang ada di dalamnya. Meskipun terdapat banyak opsi untuk mengurangi jumlah polusi dan penggunaan bahan bakar fossil secara masif, berjalan kaki adalah opsi terbaik untuk mengurangi bahkan menghentikan pencemaran yang ada di bumi. Dengan berjalan kaki, kita dapat melakukan mobilisasi tanpa mengeluarkan polusi sama sekali dan juga tidak membutuhkan bahan bakar fosil yang mana pada saat ini, jumlah bahan bakar fosil semakin langka. Manfaat lainnya adalah pejalan kaki hanya menjadi salah satu faktor terkecil penyebab kemacetan sehingga jika jumlah pejalan kaki lebih banyak, maka akan lebih sedikit pula jumlah kemacetan yang akan terjadi.

Masyarakat di negara maju, seperti Jepang, sudah terbiasa untuk melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Berjalan kaki dianggap sebagai opsi bepergian yang efisien sebab mereka tidak perlu memarkirkan kendaraannya atau harus mengikuti jadwal untuk menaiki transportasi. Mereka juga cenderung lebih bebas dalam memilih destinasi atau tujuan tanpa harus terburu-buru karena ditunggu oleh penumpang lain. Berjalan kaki juga dapat memberi manfaat tambahan untuk mereka karena ketika mereka memiliki teman dengan jalan yang searah, mereka akan melakukan jumlah interaksi secara langsung yang lebih banyak dibandingkan dengan biasanya.

Akan tetapi, terdapat salah satu alasan yang membuat masyarakat enggan untuk berjalan kaki, terutama di negara berkembang. Fasilitas untuk pejalan kaki yang kurang memadai seringkali menghambat masyarakat. Seringkali, tidak terdapat pembatas jalan yang cukup memadai sehingga terkadang pengguna kendaraan roda dua yang tidak menaati peraturan mengambil alih laju pejalan kaki tersebut dan membuat pejalan kaki mengalah. Adanya kendaraan yang seharusnya tidak melintas pada trotoar menyebabkan kerusakan yang membuat pejalan kaki merasa kurang nyaman dari yang seharusnya.

Fasilitas yang diberikan untuk pejalan kaki juga merugikan masyarakat yang menyandang disabilitas. Untuk tunanetra, mereka harus memiliki markah jalan khusus yang pada realitanya, markah jalan tersebut tidak dipasang sebagaimana mestinya, misalnya dengan markah yang semakin condong ke arah jalan raya dan dapat membahayakan mereka. Hal yang sama juga terjadi untuk pengguna kursi roda yang mana mereka harus melewati jalan yang sesuai dengan lebar kursi roda mereka. Pemasangan besi penghalang yang bertujuan untuk menghentikan pengguna kendaraan roda dua di trotoar justru juga menghentikan pengguna kursi roda dalam berpindah tempat.

Selain itu, isu keamanan juga menjadi salah satu permasalahan yang berhubungan dengan angka pejalan kaki. Terdapat beberapa kasus kriminal yang menimpa pejalan kaki, seperti penjambretan yang tidak jarang juga menelan korban jiwa. Pelaku kriminal tersebut umumnya menyasar pejalan kaki yang condong ke arah jalan raya yang mana pelaku kriminal menggunakan kendaraan roda dua sehingga ketika mereka melakukan aksinya, mereka dapat melarikan diri secepat mungkin. Sayangnya, kasus kriminal ini juga kurang dapat terselesaikan dengan fasilitas umum yang ada, seperti CCTV yang dapat menjadi bukti untuk penguat kasus kriminal.

Untuk menaikkan angka pengguna transportasi hijau, terutama pejalan kaki, perlu adanya kesadaran baik dari pemerintah dan masyarakat. Pemerintah perlu memerhatikan fasilitas umum yang menunjang sehingga dapat menekan jumlah penggunaan kendaraan pribadi yang berhubungan dengan kebutuhan bahan bakar fosil. Masyarakat juga perlu menyadari akan dampak yang nantinya ditimbulkan jika mereka tidak ikut andil dalam penggunaan transportasi hijau. Kesadaran dari masyarakat dan pemerintah dapat mengurangi dampak perubahan iklim yang terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Sehat Selengkapnya
Lihat Indonesia Sehat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun