Mohon tunggu...
nabila azwa
nabila azwa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

merupakan seseorang yang sangat tertarik kepada buku novel ataupun bacaan motivasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Toxic Positivity

21 Juni 2024   07:46 Diperbarui: 21 Juni 2024   12:01 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Toxic positivity adalah tindakan yang dipenuhi dengan pandangan positif yang berlebihan, ketika seseorang telah menyesuaikan diri dengan tindakan ini maka penggunaannya akan dianggap 'dapat diterima' dalam lingkungan sekitar. Toxic positivity membawa pemikiran positif ke titik ekstrim yang bisa dianggap sangat merugikan seseorang. Menurut Dr Zuckerman, "masalah yang melekat pada konsep ini adalah kita berasumsi bahwa jika orang tersebut sedang tidak berada dalam suasana hati yang positif (atau apapun yang menurut kita seharusnya menjadi penampilan atau tindakan orang yang positif), maka mereka salah, buruk, atau tidak memadai. 

Masalahnya adalah, ketika kita melakukan invalidasi keadaan emosi orang lain, atau dalam hal ini, ketika kita memberitahu seseorang bahwa perasaan sedih, marah, serta emosi apapun yang kita anggap negatif  itu buruk , kita akhirnya memunculkan emosi sekunder di dalam diri mereka seperti rasa malu dan bersalah." Membiarkan diri kita untuk tidak merasa baik-baik saja berarti menerima semua perasaan dan pikiran sampai rasa tersebut hilang. Jika kita memutuskan untuk mengabaikan, menghindari, dan menekan perasaan negatif itu maka akan tumbuh lebih kuat dan membuat kita kewalahan. Toxic positivity berpendapat bahwa mengeluh itu berbahaya dan perasaan negatif seperti kesulitan, kehilangan, dan diskriminasi hanya akan mengundang lebih banyak hal buruk. 

Terkadang sulit membedakan kepositifan dari toxic positivity sendiri. Misalnya, jika kita mendekati seorang teman yang membutuhkan dukungannya karena kita sedang mengalami masa sulit tetapi kemudian dia berkata, "Hei, lihatlah sisi positifnya." Kita mungkin merasa tanggapan mereka meremehkan, menyangkal, atau mendorong untuk menekan perasaan negatif kita. Merasa seperti kita tidak bisa menjadi diri sendiri akan berdampak buruk bagi kesejahteraan diri sendiri, selayaknya penindasan. Emosi negatif seringkali dianggap alat yang kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan penting sehingga kita tidak ingin membuangnya begitu saja tanpa adanya pengakuan dan penerimaan. Maka dari itu, nasihat yang tampaknya bermanfaat sering kali terasa seperti racun positif bagi orang yang menerimanya. Di sisi lain, katakanlah seorang teman memberitahu kita, "Hei, tidak apa jika kita tidak baik-baik saja. Aku disini untukmu dan bersyukur memilikimu dalam hidupku." Dalam contoh ini, mereka mengekspresikan penerimaan terhadap emosi negatif kita serta kasih sayang dan rasa syukur yang juga merupakan jenis sikap positif. Pendekataan ini tidak termasuk toxic positivity karena tidak menyangkal emosi kita dan menggunakan prinsip psikologi positif dengan cara yang benar. 

Beberapa cara yang mampu dilakukan untuk mengendalikan dan mencegah tindakan toxic positivity adalah dengan bersikap jujur terhadap kondisi yang sebenarnya dirasakan, menghindari percakapan yang mungkin akan membuat diri sendiri tidak nyaman terhadap perasaan kita. Kemudian merasakan 'kasihan' terhadap diri kita mampu menjadi penangkal yang baik terhadap sikap positif yang berlebihan. Bersikap baik dan berbelas kasih pada diri kita sendiri ketika sedang merasakan emosi negatif atau sedang melalui masa-masa sulit juga dapat membantu dalam mencegah tindakan racun positif tersebut. Tidak ada seorang pun yang bisa bersikap positif sepanjang waktu, memiliki emosi negatif adalah hal yang normal dan sehat bagi kehidupan kita. Serta, tidak perlu terlalu keras pada diri sendiri dan merasa tidak enak saat mengekspresikan kesedihan ataupun kesulitan. 

"Your feelings are valid" adalah kata-kata yang mencakup arti jika semua perasaan yang kita miliki dan keluarkan itu sesuatu yang benar dan tidak ada salahnya untuk menunjukkan ekspresi tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun