Mohon tunggu...
NABILA AYUSHETA
NABILA AYUSHETA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi/Universitas Negeri Malang

Mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Komuniksai Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mencari Makna: Perspektif Metafisika Seorang Anak Korban Perceraian

16 Oktober 2024   17:15 Diperbarui: 16 Oktober 2024   17:38 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: viva.co.id

Perceraian orang tua adalah pengalaman yang tidak hanya menghancurkan stabilitas keluarga, tetapi juga dapat mengguncang fondasi pemahaman seorang anak tentang dunia dan keberadaannya, sehingga dapat dikatakan mengganggu kesehatan mental anak sebagai korban. Dalam konteks ini, filsafat metafisika memberikan perspektif yang dapat membantu memahami situasi yang kompleks ini. Seorang anak yang mengalami perceraian orang tua akan menemukan pertanyaan-pertanyaan metafisik dalam pikirannya sendiri  yang dapat menjadi cara untuk merenungkan dan memahami realitas baru yang dia hadapi.

Salah satu pertanyaan metafisik yang sering kali muncul dalam benak seorang anak yang menjadi korban adalah mengenai keberadaan dan identitas. Ketika orang tua bercerai, korban merasa seolah-olah identitasnya menjadi kabur. Siapa dia tanpa keluarga yang utuh? Dalam konteks ini, filsafat metafisika mengajak kita untuk merenungkan bahwa identitas bukanlah sesuatu yang statis atau tergantung pada keadaan eksternal. Dari sini dapat dipelajari bahwa meskipun situasi keluarga telah berubah, maka seorang anak tetap memiliki hak untuk menentukan siapa dia sebagai individu dan bagaimana masa depannya nanti. Proses mencari jati diri ini menjadi hal yang penting dalam perjalanan hidup untuk memahami keberadaannya di dunia.

Metafisika juga mengajak kita untuk mempertanyakan hubungan kita dengan orang lain. Dalam kasus perceraian, hubungan yang sebelumnya erat dengan kedua orang tua sering kali terputus atau berubah. Saya sebagai penulis sering bertanya-tanya: Sekarang apa arti dari hubungan ini? Apakah cinta yang saya rasakan masih ada meskipun mereka tidak bersama? Mengapa saya merasa kehilangan arah? Melalui sudut pandang metafisika, dapat disadari bahwa cinta dan hubungan tidak selalu terikat pada fisik atau kehadiran. Rasa cinta dapat tetap ada meskipun orang tua saya tidak lagi hidup dalam satu atap. Ini membantu saya untuk memahami bahwa keterhubungan emosional masih bisa dipelihara meskipun secara fisik kami terpisah.

Setiap anak yang mengalami perceraian pasti merasakan kehilangan dan kebingungan. Tidak mudah bagi mereka untuk melewati masa-masa ini, karena mereka akan tumbuh tanpa cinta dan kasih secara utuh. Dalam momen-momen sulit ini, saya menemukan diri saya yang sering bertanya-tanya tentang makna dan tujuan hidup. Mengapa ini terjadi? Mengapa harus saya? Untuk apa saya lahir di keluarga ini? Bagaimana saya di masa depan nanti? Apa yang bisa saya pelajari dari pengalaman ini? Filsafat metafisika memberikan saya kerangka untuk mempertanyakan dan mencari makna di balik kesedihan dan kehilangan. Saya mulai menyadari bahwa, meskipun pengalaman ini menyakitkan, tetapi juga dapat menjadi pelajaran berharga tentang ketahanan, empati, dan pentingnya menjaga hubungan, baik dengan orang tua maupun dengan diri sendiri.

Perceraian juga memberi dampak pada dilemanya moral yang kompleks. Saya sering merasa terjebak di antara kedua orang tua, sehingga berusaha untuk tidak berpihak pada salah satu dari mereka. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa saya merasa tidak akrab dengan ayah, dan justru merasa lebih dekat dengan ibu saya. Dalam konteks ini, pemikiran metafisik tentang etika membantu saya untuk memahami bahwa keputusan yang saya buat harus berlandaskan pada nilai-nilai yang saya anut. Saya belajar untuk menghargai perspektif masing-masing orang tua dan menemukan cara untuk tetap mencintai dan menghormati mereka tanpa harus memilih salah satu, walau masih dengan perasaan berat hati. Ini adalah proses yang sulit, tetapi penting untuk membangun integritas dan karakter saya sebagai individu.

Setiap korban perceraian orang tua pasti memiliki angan-angan untuk memiliki keluarga yang hangat, utuh, dan harmonis di masa depan mereka. Karena tidak ingin anak mereka nanti merasakan seperti apa yang mereka alami di masa lalu. Namun ada keraguan dalam diri mereka, apakah saya bisa menemukan pendamping hidup yang tepat? Apakah saya bisa menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak saya kelak? Apakah saya bisa membangun keluarga cemara nanti? Dan apakah saya bisa membangun hubungan yang baik antarkeluarga nantinya? Pertanyaan-pertanyaan metafisik ini tidak pernah luput dari pemikiran seorang korban perceraian. Dalam menjalani proses kehidupan, mereka harus bisa melawan segala rintangan kehidupan tanpa dukungan yang seimbang dari orang tua mereka.

Dalam pandangan saya sebagai seorang anak yang mengalami perceraian orang tua, filsafat metafisika mengajarkan cara untuk memahami realitas yang menyakitkan ini. Melalui pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan, hubungan, makna, dan moralitas, saya dapat merenungkan pengalaman saya dengan lebih mendalam. Meskipun perceraian membawa banyak ketidakpastian dan kesedihan dalam kehidupan, pemahaman metafisik membantu saya untuk mencari jati diri, menjaga hubungan yang berarti, dan menemukan makna dalam perjalanan hidup saya. Dengan cara ini, saya belajar bahwa meskipun keluarga saya mungkin tidak utuh, saya masih dapat menemukan kekuatan dan harapan dalam diri saya sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun