Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, dan kanker semakin meningkat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Perubahan gaya hidup modern telah menjadi faktor signifikan yang mempengaruhi prevalensi PTM. Berdasarkan laporan terbaru dari World Health Organization (WHO), PTM menjadi penyebab utama kematian global, mencakup 74% dari semua kematian setiap tahun.
Data WHO menunjukkan bahwa setiap tahun, lebih dari 15 juta orang meninggal akibat PTM sebelum usia 70 tahun, dengan 85% kematian dini ini terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di Indonesia, hasil Riskesdas 2018 melaporkan peningkatan prevalensi PTM yang signifikan. Misalnya, prevalensi diabetes melitus pada penduduk usia 15 tahun meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018, sementara hipertensi meningkat dari 25,8% menjadi 34,1% pada periode yang sama.
Perubahan gaya hidup yang tidak sehat merupakan kontributor utama peningkatan PTM. Beberapa aspek gaya hidup modern yang berpengaruh termasuk :
- Kurangnya Aktivitas Fisik:
Banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu untuk pekerjaan yang bersifat sedentari dan kurang berolahraga. WHO melaporkan bahwa kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko PTM seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular.
- Pola Makan Tidak Sehat:
Konsumsi makanan cepat saji dan olahan yang tinggi lemak, gula, dan garam telah meningkat. Hal ini meningkatkan risiko obesitas dan penyakit terkait seperti diabetes dan hipertensi. Oleh karena itu, memperhatikan apa yang kita konsumsi penting dilakukan agar kesehatan tubuh terjaga serta terhindar dari resiko terkena penyakit tidak menular.
- Kebiasaan Merokok dan Konsumsi Alkohol Berlebihan:
Merokok tetap menjadi penyebab utama kanker paru-paru dan penyakit jantung, sementara konsumsi alkohol berlebihan berkontribusi terhadap penyakit hati dan hipertensi.
- Stres dan Kesehatan Mental:
Tekanan hidup yang tinggi dan stres kronis, seringkali disebabkan oleh pekerjaan yang menuntut dan kehidupan perkotaan yang cepat, hal ini dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik, serta meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan gangguan metabolik.
Peningkatan PTM juga membawa beban ekonomi yang signifikan. WHO melaporkan bahwa biaya perawatan kesehatan untuk PTM terus meningkat, menguras sumber daya kesehatan masyarakat dan menurunkan produktivitas ekonomi. Di Indonesia, biaya pengobatan untuk PTM seperti diabetes dan penyakit jantung meningkat setiap tahun, menambah beban finansial baik bagi individu maupun sistem kesehatan nasional.
Untuk mengatasi peningkatan PTM, diperlukan strategi komprehensif yang mencakup:
- Promosi Gaya Hidup Sehat: Pemerintah dan organisasi kesehatan harus terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet seimbang, aktivitas fisik, dan penghentian kebiasaan merokok dan minum alkohol.
- Deteksi Dini dan Manajemen: Program skrining dan deteksi dini dapat membantu dalam penanganan PTM sejak awal, sehingga mengurangi komplikasi jangka panjang.
- Kebijakan Kesehatan Publik: Implementasi kebijakan yang mengurangi paparan terhadap faktor risiko, seperti regulasi iklan makanan tidak sehat dan pengendalian polusi udara, sangat penting untuk menekan prevalensi PTM.
Peningkatan prevalensi PTM yang terkait dengan gaya hidup modern merupakan tantangan besar bagi kesehatan masyarakat. Dengan upaya bersama dalam mempromosikan gaya hidup sehat, deteksi dini, dan kebijakan kesehatan yang tepat, diharapkan prevalensi PTM dapat dikendalikan, sehingga kualitas hidup masyarakat dapat meningkat. Dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat, sangat diperlukan untuk mengatasi tantangan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H