Bulan maret lalu media sosial sempat dibuat heboh oleh postingan Instagram @folkative. Yang mana postingan ini menampilkan berita mengenai angka pernikahan di Indonesia capai yang paling rendah dalam satu dekade. Berita ini kemudian menarik banyak pengguna sosial media untuk mengeluarkan pendapatnya masing-masing.
Menurut Laporan Statistik Indonesia, jumlah perkawinan di Indonesia tahun lalu mencapai rekor terendah dalam dekade terakhir, dengan total 1,58 juta perkawinan. Angka ini turun 7,51% dibandingkan tahun sebelumnya yang memiliki 1,71 juta perkawinan. Selama 10 tahun terakhir jumlah pernikahan tertinggi adalah pada tahun 2013 dengan 2,21 juta perkawinan.
Pernikahan merupakan sebuah proses sakral antara pria dan wanita yang berisi perjanjian untuk hidup bersama dalam sebuah hubungan yang dinamakan keluarga. Pernikahan seringkali dianggap sesuatu yang penting dan keharusan bagi remaja yang sudah menginjak usia 25 tahun ke atas. Hal ini didukung oleh budaya yang berkembang di masyarakat bahwa pernikahan dapat menyelamatkan keluarga dari rasa malu apabila anak perempuannya segera menikah supaya tidak dilabeli sebagai perawan tua. Perempuan dengan usia 25-30 tahun dan belum menikah rentan mendapat penilaian negatif dari masyarakat sekitar, seperti kurang bisa bergaul daripada mereka yang sudah menikah.
Pergeseran paradigma merubah cara pandang generasi Z dalam melihat sebuah pernikahan. Generasi Z ialah generasi yang lahir pada tahun 1997 sampai tahun 2012. Generasi Z banyak mengalami ketakutan untuk menikah dan berumah tangga, pernikahan mulai mengalami pergeseran nilai dalam generasi ini. Pernikahan yang awalnya dianggap sebagai hal yang positif dan harus disegerakan namun dewasa ini dianggap sesuatu yang tidak terlalu penting untuk disegerakan.
Generasi Z merupakan generasi yang dianggap open minded, menurut mereka pernikahan bukanlah ajang perlombaan dan bukan sesuatu yang harus terburu-buru. Usia 20-30 tahun merupakan usia di mana orang-orang baru menikmati hidupnya. Mereka yang sedang kuliah sedang menikmati proses belajarnya, mereka yang bekerja sedang menikmati uang gajinya untuk menyenangkan diri sendiri.
Rela untuk menunda pernikahan demi sebuah gelar dan karir merupakan realita zaman sekarang. Menurunnya angka pernikahan di Indonesia menjadi sorotan publik, salah satu faktornya yaitu perempuan semakin gencar-gencaran untuk mengembangkan potensi dirinya. Para perempuan memiliki kesempatan untuk belajar dan bekerja sehingga mereka tidak lagi ketergantungan dengan siapapun termasuk laki-laki.
Pernikahan merupakan sesuatu yang harus dipersiapkan secara matang dari segi mental, psikologis, finansial dan lainnya. Pemikiran yang mulai modern dan maraknya kasus-kasus KDRT, perselingkuhan dan masalah-masalah rumah tangga lainnya menjadi pertimbangan perempuan menunda pernikahan.
Lalu, jika terus seperti ini apakah menikah di usia 30 tahun akan menjadi hal yang biasa di Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H