Mohon tunggu...
Nabila Adabina
Nabila Adabina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Komputer Indonesia

Haii! this is my blog, enjoy:)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Pelecehan Seksual Guru Olahraga Sekaligus Pembina Osis terhadap Siswi SMK Swasta Bekasi, Pelaku Masih Hidup Enak?

31 Oktober 2024   07:53 Diperbarui: 7 November 2024   13:16 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/business/hub/

Seorang guru olahraga di SMK Swasta Bekasi berinisial D di duga melakukan pelecehan seksual kepada siswi nya, sampai detik ini pelaku tidak diberi sanksi berat oleh pihak sekolah, pelakunya di pindah tugaskannya hanya ke sekolah lain yang masih satu Yayasan dengan SMK korban, sementara korban yang berinisial S harus mengalami shock berat bahkan saat korban mengingat kejadian itu badannya selalu bergetar dan jantung berdegup kencang jika melihat seseorang terlihat mirip seperti pelaku.

Setiap malam korban selalu merasa susah tidur, kepikiran terus, sakit hati, dan korban merasa dirinya sudah sangat kotor. Kejadian ini saat Tahun 2019 tapi dampak ke diri korban sampai sekarang masih kerasa bahkan sampai sekarang pelaku belum dapat sanksi berat dan pihak sekolah berusaha menyembunyikan kasus ini sampai sekarang.

“ Saat itu saya dipanggil ke Ruangan Osis pada hari Senin, pada saat itu hanya berdua saja yang berada di ruangan itu, awalnya hanya mengobrol biasa tapi lama-lama D minta peluk lalu tiba-tiba membuka sedikit area Pundak sebelah kiri saya lalu dicium, di situ saya langsung mengelak dan keluar dari Ruang Osis, “ Kata S.

Setelah kejadian itu korban sempat denial dengan perlakuan gurunya karena selama korban kenal dengan gurunya, gurunya sangat baik sekali terhadap korban, dan korban berpikir kalau dia angkat bicara dan membawa kasus ini ke hukum tidak akan ada yang ingin mendengar ceritanya dan tidak akan ada yang percaya. 

Korban sempat cerita kepada orang tuanya tetapi yang dilakukan orang tuanya hanya menyuruh korban untuk sekolah seperti biasa, bahkan orang tua korban tidak membawa korban ke psikologi untuk mengecek mentalnya.

“ Saya kira hanya sekali saja D melakukan itu kepada saya kenyataanya dia melakukan kedua kalinya di hari Rabu, sekolah saya sangat mewajibkan sholat dhuha dan sholat dzuhur, pada saat itu saya sedang berhalangan sholat dan saya memutuskan untuk menunggu teman saya selesai sholat di Ruang Osis dan ternyata disitu ada D, sebenarnya disana ada juga yang ga sholat tapi saya tidak tau mereka pada kemana, D memanggil ssaya ke meja dan disitu saya dilecehkan, saya langsung teriak dan langsung keluar dari Ruang Osis, “ Kata S.

Jika korban lagi ke trigger masalah yang berurusan sama perubahan di dirinya, korban selalu menyalahkan korban, korban tidak akan merasa sehancur ini dari segi pikiran, perasaan dll.

 Terlebih lagi jika tubuh korban disentuh dibeberapa bagian yang pernah disentuh oleh pelaku, korban merasa tidak nyaman dan tiba-tiba menangis. Korban hanya minta keadilan oleh pihak sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun