Mohon tunggu...
Humaniora

Bagaimana Buah Hatiku Bergaul?

25 Mei 2018   22:16 Diperbarui: 25 Mei 2018   22:35 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bergaul, kata yang sering terdengar dan dipakai oleh masyarakat untuk mengungkapkan istilah sosialisasi. Gampangannya bergaul = bersosialisasi. Seseorang yang suka bergaul dengan siapapun akan merasa mudah bersosialisasi kepada lingkungan, terutama lingkungan yang baru ia kenal. Namunn, tidak untuk seseorang yang sukar bergaul. Dia akan merasakan kesulitan dalam bersosialisasi dan membawa diri dalam masyarakat.

Bentuk pergaulan yang juga akan membentuk kepribadian seseorang hingga ia dewasa. Pergaulan pertama seseorang adalah dalam lingkungan keluarga. Keluarga merupakan pondasi utama bagi mereka yang akan bersosialisasi. Keluarga menjadi acuan orang lain untuk melihat sikap sosialisasi dari individu. Jaman sekarang pergaulan sangat rawan ketika diluar jangkauan orangtua. Begitu pula bagi anak-anak yang mengalami masa pertumbuhan. Keluarga harus benar-benar memperhatikan dan menanamkan moral dan akhlak yang baik bagi generasi muda.

Terkadang orangtua cepat merasa puas dengan hasil didikan mereka ketika anak dinilai sudah mampu menyesuaikan diri dalam masyarakat. Menurut Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti, M.si dalam presentasinya mengenai ketahanan keluarga, "banyak keluarga yang rentan." Dalam UU No. 10 tahun 1992/ UU No. 52 tahun 2009 tentang ketahanan keluarga, "Kondisi dinamik suatu keluarga yang memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik-material dan psikis mental spiritual guna hidup mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dan meningkatkan kesejahteraan lahir dan bathin."

Jadi, kesungguhan dan keuletan orangtua dalam mengarahkan pergaulan seorang anak harus memiliki visi misi yang akan dijadikan anak untuk mengamalkan dalam dirinya kelak. Upaya mengarahkan pergaulan buah hati pada pergaulan yang benar dan mengamalkan nilai-nilai pendidikan yang telah lama ditanamkan menjadi pekerjaan rumah terberat bagi orangtua. Rasa was-was yang muncul dalam benak akan selalu ada sebelum buah hati mereka benar-benar dewasa dalam segi psikologi dan fisik hingga ia berumah tangga.

Butuh berbagai pendekatan untuk mengontrol pergaulan anak. Salah satunya melakukan dialog dengan anak. Pendekatan semacam mampu menempatkan diri seorang anak dalam keluarga dengan anggapan bahwa dia diperhatikan dan dihargai. Dari kegiatan mengobrol tersebut, orangtua dapat mengidentifikasi anak melalui gerak gerik dan kelancaran berkomunikasi. Jika anak dianggap sudah sampai kesadaran dan tidak menunjukkan gelagat yang ganjal, maka bisa diperkirakan bahwa mereka berada pada koridor yang aman. Anak akan merasa tanggung jawab karena kepercayaan yang telah diberikan orangtua kepada mereka.

Keluarga yang demikian bisa dikatakan sebagai keluarga bahagia. Dikarenakan semua anggota keluarga memahami bagaimana tanggungjawab dalam segala hal, termasuk dalam pergaulan. Semoga bermanfaat.

Wassalam.

Sumber: Mulia-Feb.2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun