Assalamualaikum readers...
Fenomena nyata dikalangan masyarakat tentang hijrahnya seseorang dari keburukan menuju kebaikan sangat diapresiasi sekali. Namun tidak untuk hijrah pada keburukan. Ketidak adanya kenyamanan dalam diri seseorang membuat mereka tidak percaya diri dan menyalahkan takdir. Belum bisa menerima ketentuan hidup yang telah digariskan. Didukung dengan lingkungan yang negatif dan tidak pula mendukungnya menjadi lebih baik. Sangat kemungkinan hijrah yang dilakukan tidak sesuai dengan sebenarnya.
Dalam jiwa seorang laki-laki tidak sepenuhnya 100% laki-laki. Begitu pula dalam jiwa perempuan juga tidak sepenuhnya 100% perempuan. Ketika karakter seseorang terbentuk tanpa adanya moral yang baik dari keluarga kemungkinan kecil anak menjadi baik. Selain itu lingkungan yang juga menjadi faktor pembentuk sikap menyimpang anak. Sikap orang lain kepada seseorang yang memiliki sedikit perbedaan membuat bullying merajalela. Bullying membuat anak semakin tertekan dan menjadikan mereka tidak percaya kepada orang lain.
Anak bagaikan kertas putih yang siap untuk digoreskan tinta-tinta kehidupan yang menjadikan dia manusia bermanfaat ataupun sebaliknya. Penanaman keyakinan oleh orangtua terhadap adanya tuhan kurang tertanam pada anak. Tipe keluarga yang tidak memiliki pendirian dan cenderung menjawab dengan memberi toleransi (tidak tegas) terhadap pertanyaan anak maka dimasa depan ada kemungkinan anak tersebut merasa tidak masalah saat dirinya memilih untuk menjadi gay/ lesbian (toh orang tua dahulu mendukungnya).
Disisi lain problem trauma mendalam terhadap lawan jenis yang terjadi pada anak sangat memungkinkan mereka bertindak pada hal yang menyimpang. Bila seorang anak tidak mampu memaafkan masa lalunya maka ada kecenderungan dia menahan rasa atau mendendam sekaligus takut kepada seseorang berjenis kelamin tertentu. Keadaan ini juga dipengaruhi oleh perlakuan yang kasar dari kebanyakan temannya berjenis kelamin tertentu.Â
Kecerdasan anak tak luput dari pantauan faktor yang mempengaruhi hal menyimpang, tidak mampu berfikir secara rasional, logika kurang maka ada kecenderungan anak semacam ini akan dengan mudah dirusak oleh orang lain. Mereka akan mudah goyah dan tertarik dengan hasutan-hasutan dari sekitarnya.
Kelemahan dalam ekonomi membuat orang tak segan untuk memaksakan kehendak mereka demi menyalurkan nafsu dirinya. Hal itu sangat berbahaya bagi kehidupan anak selanjutnya. Jadi, dekati anak dari sekarang dan ajaklah dia untuk menceritakan kesehariannya dan apapun yang menjadi kendalanya dalam sekolah, lingkungan, dan lain-lain. Menjadi orangtua yang perhatian tidak akan merugikan diri demi anak menjadi lebih baik. Semoga bermanfaat,
Wassalam
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI