Keberadaan Filsafat dan Hakikat Tuhan pada Masa Abad Pertengahan
 Nabila
Abad pertengahan merupakan kurun waktu yang khas. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dominasi agama kristen sangat menonjol. Perkembangan alam pikiran harus disesuaikan dengan ajaran agama. Demikian pula filsafat, harus diuji apakah tidak bertentangan dengan ajaran agama. Jelas, teologi dipandang lebih tinggi dari filsafat. Filsafat berfungsi melayani teologi.
Tapi bukan berarti bahwa pengembangan penalaran dilarang. Itu masih tetap dilakukan, malahan mencapai perkembangan yang lebih maju, asal harus diabdikan kepada keyakinan agama. Dalam sejarah filsafat Barat, abad pertengahan dibagi menjadi dua periode, yakni masa patristik dan masa skolastik. Baik di Yunani maupun Latin, masa patristik mencatat masa keemasan dengan tokoh dan karya-karya penting.
Masa Patristik
Timbulnya agama Kristen pada awal abad Masehi memberikan warna baru bagi pemikiran di Barat. Kalau pada masa sebelumnya yaitu pada zaman Yunani Kuno, pemikiran para filsuf lebih diarahkan pada alam semesta (kosmosentris), namun pada masa ini lebih bersifat teosentris, yaitu pemikiran lebih diarahkan pada keagamaan atau ketuhanan.
Berbeda dengan zaman Yunani Kuno, zaman Abad Pertengahan ditandai dengan berbagai bentuk Dualisme, seperti: Dualisme antara kaum agama dengan masyarakat umum, Dualisme antara kerajaan Tuhan dengan kerajaan duniawi, Dualisme antara roh dan tubuh. Semua bentuk Dualisme diwakili oleh Dualisme antara Paus dengan Kaisar.
Salah satu tokoh zaman Patristik adalah Aurelius Augustinus (354-430 M), yang sering disebut dengan St. Augustinus. St. Augustinus merupakan filsuf pertama yang merefleksi makna sejarah dari sudut teologis. Augustinus menolak pandangan sejarah yang bersifat siklis, karena tidak sesuai dengan kitab suci Injil.
 Dalam kitab suci dijelaskan bahwa waktu dan dunia diciptakan Tuhan pada saat yang bersamaan sehingga segala peristiwa yang bersifat Siklis merupakan hal yang tidak mungkin. Dalam pandangan tradisi Kristiani dikatakan bahwa di samping dunia sekarang ini masih ada dunia yang lebih baik di hari kemudian. Augustinus meyakini akan adanya dua dunia (kerajaan), yaitu kerajaan Tuhan (The City of God) dan kerajaan setan (The City of Devil) yang terdapat dalam bukunya De Civitae Dei.
Kerajaan Tuhan merupakan kumpulan malaikat dan manusia yang baik, sedangkan kerajaan setan merupakan kumpulan dari setan-setan dan dosa. Dalam kerajaan Tuhan adanya rasa cinta terhadap Tuhan, sebaliknya dalam kerajaan setan menganggap Tuhan sebagai saingan. Agustinus juga mengatakan bahwa gerak sejarah bukan proses berputar yang tidak ada ujung pangkalnya seperti gerak roda, tetapi suatu proses yang bergerak di bawah bimbingan Tuhan dari suatu titik permulaan menuju titik akhir yang menjadi tujuannya.
Caranya harus melalui pembersihan dosa dan kemudian mendekatkan diri dengan Tuhan. Menurut Augustinus, setiap orang mempunyai dorongan jahat dan baik yang berbeda (Individual Difference). Untuk mengetahui dorongan baik dan jahat tersebut harus dengan menyadari dirinya (Introspeksi).
Masa skolastik
Pemikiran zaman Skolastik ini berbeda sekali dengan zaman sebelumnya, yaitu zaman Patristik. Zaman Skolastik menggambarkan suatu zaman yang baru, ditengah-tengah rumpun bangsa yang baru yaitu bangsa Eropa Barat. Pemikiran yang baru ini dinamakan Skolastik. Untuk memahami pemikiran Skolastik dapat dilihat dari aspek lingkungan ilmu pengetahuan dan aspek religi (keagamaan).
Dilihat dari aspek religi, masyarakat abad pertengahan menganggap bahwa kehidupan di dunia sebagai persiapan perjalanan menuju ke dunia lain (surga). Bagi manusia abad pertengahan, Nabi Isa (Yesus) Â adalah pembebas dan pembahagia yang akan menolong umat manusia menuju surga. Aspek keagamaan ini yang menjadi dasar pemikiran Skolastik pada abad pertengahan.
 Sementara dilihat dari aspek lingkungan ilmu pengetahuan, masyarakat zaman Skolastik telah mengenal universitas-universitas (sekolah), metode pelajaran dan perpustakaan. Pemikiran Skolastik menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan abad pertengahan diusahakan oleh sekolah-sekolah. Pada awalnya Skolastik muncul di biara-biara di Gallia Selatan, dimana tempat tersebut merupakan penyimpanan hasil-hasil karya filsuf Yunani Kuno dan para penulis Kristiani. Pada masa ini rencana pelajaran-pelajaran sekolah meliputi studi bebas (Artes liberalis), yang menunjuk pada kumpulan-kumpulan pengetahuan.
Studi bebas. ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok Quadrivium dan kelompok Trivium. Kelompok pelajaran quadrivium terdiri dari empat ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kenyataan fisik meliputi ilmu hitung (Aritmatik), Astronomis, ilmu ukur (Geometri), dan musik. Sedangkan kelompok pelajaran Trivium terdiri dari tiga kesenian meliputi tata bahasa (Gramatika), seni pidato (Retorika) dan logika.
Tokoh yang terkenal pada zaman Skolastik adalah Thomas Aquinas (1225-1274). Disamping itu ada sarjana- sarjana yang terkenal dari masa Skolastik diantaranya adalah Anselmus (1033-1109) dan Petrus Abaelardus (1079-1142). Anselmus menjadi uskup di Canterbury dan mengembangkan pemikiran dari Augustinus, sementara Petrus Abaelardus mengembangkan cara berpikir (metode dialektika) melalui rasionalitas untuk menjelaskan keberadaan dan kebenarana Tuhan.
Seperti halnya St. Augustinus, Thomas Aquinas juga ahli di bidang teologi dan filsafat. Menurutnya, filsafat merupakan sarana untuk meneguhkan akan keberadaan dan kebenaran adanya Tuhan. Filsafat berdasar pemikiran manusia, sedangkan teologi memerlukan wahyu yang kebenarannya mengatasi pemikiran manusia.
 Oleh karena jiwa merupakan obyek penelitian ilmu pengetahuan yang berusaha mencari kebenaran melalui pengamatan empiris. Sedangkan roh merupakan obyek pembahasan dari agama melalui keyakinan dan keimanan. Oleh karena itu kedua pengertian tersebut tidak perlu dipertentangkan karena keduanya mempelajari dua hal yang berbeda.
Setelah kita bahas dapat kita kesimpulkan bahwa Pada masa ini terbaginya menjadi dua masa yaitu masa  Parastik yang mana dipimpin oleh bapak-bapak gereja, pemerintah dikuasai oleh gereja. Alasan mereka menolak filsafat Yunani, karena dipandang sebagai hasil pemikiran manusia dan menganggap bahwa sudah ada wahyu Ilahi. Akan tetapi ada juga yang menerima filsafat Yunani karena filsafat dipandang sebagai sarana sebagai penunjang kepada Tuhan. Dan sala satu filsuf yaitu Agustinus yang mana menolak pandangan sejarah yang bersifat siklis. Dan di masa Skolastik yang mana sudah mulai sekolah -sekolah biara.
 Sala satu filsuf nya yaitu Thomas Aquinas  berpendapat bahwa filsafat merupakan sarana untuk meneguhkan akan keberadaan dan kebenaran adanya Tuhan. Filsafat berdasar pemikiran manusia, sedangkan teologi memerlukan wahyu yang kebenarannya mengatasi pemikiran manusia. Kebenaran teologi berasal dari kebenaran Ilahi di dalam kitab suci dan juga berpendapat mengenai manusia yang secara Esenssial terdiri dari tubuh dan jiwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H