Apa benar bahagia itu sulit
Apa betul menjadi polisi itu tak mungkin bagi kami dengan hutang terlilit
Mencari secercah senyuman dan lengkungan  bibir saja diri ini sudah sulit
Bergegas kesana kemari dengan surat lamaran yang berhari-hari dikempit
Januari harus memutar arah
Februari harus tak terlaksana
Maret harus menghadapi kerasnya tamparan kerja
Hingga september yang tak sesuai realita
Dalam kisah masa kecilkuÂ
Pekerjaan orang dewasa bukan badai yang mengganggu
Pekerjaan dengan gaji buta tak akan berpaling dariku
Ia tampak sebagai bidadara yang menungguku
Dalam diorama baruku itu
Kerjaku tampak sebagai malaikat yang menanti matiku
Susun kisah hidup yang olehnya sama sekali tak terbantuÂ
Tidak sekejap lantas badai ini berlalu
Aku takut badaiÂ
Sungguh kuminta keyakinan bahwa orang-orang yang hidup denganku nanti tak akan menepi
Bukanlah hal yang benar untuk menunggunya sendiriÂ
Peluh kesahku bukan sebagai bualan untuk mencari sensasi
Seyogyanya carilah payung di tengah badai
Bukan memaksa kebahagiaan hidup setiap hari
Lambat launÂ
Kita 'kan mengerti dan menyaksikan satu area dunia rupanya bak vegetasi
Beragam kesakitan yang  menipu tetapi dipertahankan itu akan usai
Dasarnya, kebahagiaan abadi menjadi semata-mata  keputusan sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H