Dengan berkembangnya era globalisasi dan revolusi teknologi yang terjadi, teknologi semakin tidak bisa dihindari dalam kehidupan. Bisa dikatakan bahwa semua kegiatan manusia bisa dipermudah dengan teknologi. Perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi menunjukkan kemajuan yang pesat, baik dibidang perangkat keras maupun perangkat lunak, dan infrastruktur lain seperti jaringan komunikasi yang dapat mendukung terciptanya suatu sistem informasi yang handal mengalami perkembangan juga. Salah satu perkembangan dari majunya globalisasi dan revolusi teknologi adalah media sosial yang semakin canggih dan modern.Â
Tidak dapat dipungkiri bahwa sosial media mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan seseorang. Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik untuk berpartisipasi dengan feedback secara terbuka, memberi komentar, serta membagikan informasi dalam waktu yang cepat dan tidak terbatas. Dengan segala fasilitas yang disedikan oleh media sosial dapat memudahkan penggunanya untuk melakukan segala aktivitas, mulai dari bermain game online atau offline, belajar, sosialisasi, hingga melakukan bisnis.
      Media sosial (social media) adalah media online yang mendukung interaksi sosial. Media sosial menggunakan teknologi berbasis web yang mengubah komunikasi menjadi dialog interaktif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media sosial merupakan laman atau aplikasi yang memungkinkan pengguna dapat membuat dan berbagi isi atau terlibat dalam jaringan sosial. Definisi lain dari media sosial juga dijelaskan oleh Antony Mayfield (2008), menurutnya media sosial adalah media dimana penggunaannya dengan mudah berpartisipasi di dalamnya, berbagi dan menciptakan pesan, termasuk blog, jejaringan sosial, wiki/ensiklopedia online, forum-forum maya, termasuk virtual mords (dengan avatar dan karakter 3D). Beberapa situs media sosial yang sedang populer saat ini antara lain adalah Whatsapp, Youtube, X (Twitter), Line, Instagram, Discord, dan masih banyak lagi. Â
      Ada beberapa fungsi dari media sosial diantaranya adalah menjadi media yang dapat memperluas jaringan sosial atau interaksi sosial manusia menggunakan internet dan teknologi web, mentransformasi praktik komunikasi searah media siaran dari satu institusi media ke banyak audience ("one to many") menjadi praktik komunikasi dialogis antarbanyak audience ("many to many"), mendungkung demokratisasi pengetahuan dan informasi yang mana dapat mentransformasikan manusia dari pengguna isi pesan menjadi pembuat pesan itu sendiri, memperluas cara pengekspresikan diri, memperluas pengalaman dan informasi yang ada di seluruh dunia secara tidak terbatas, dan lain sebagainya.
      Direktorat Jendral Aplikasi Informatika (Aptika) Kementrian Kominfo, mengungkapkan pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 82 juta pengguna orang dan berada di peringkat ke-8 di dunia. Dari angka tersebut, 95% pengguna menggunakan internet untuk mengakses jejaringan sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP), Selamatta Sembiring mengatakan bahwa situs jejaringan sosial yang paling banyak adalah Facebook dan X (Twitter). Indonesia menempati peringkat ke-4 pengguna Facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India. Dari jumlah pengguna internet tersebut menunjukkan bahwa 80% diantaranya adalah remaja berusia 15-19 tahun (Kemenkominfo, 2013).Â
      Bagi Masyarakat, khususnya pada kalangan remaja, media sosial sudah menjadi candu yang membuat penggunanya tiada hari tanpa membuka sosial media. Padahal dalam masa perkembangannya, di sekolah remaja berusaha mencari identitasnya dengan bergaul dengan sesamateman sebaganya. Masa remaja merupakan masa transisi, sebab pasa saat itu seseorang telah meninggalkan masa kanak-kanak namun juga belum memasuki masa dewasa. Kalangan remaja yang menjadi hiperaktif di media sosial sering membagikan atau memposting kegiatan sehari-hari mereka yang seakan menggambarkan gaya hidup mereka yang mencoba mengikuti perkembangan zaman.
      Di dalam berbagai hal tentu saja dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif penggunaan media sosial terhadap perilaku sosial remaja diantaranya adalah:
- Remaja dapat mengekspresikan diri mereka dengan baik dan meningkatkan kepercayaan diri. Rata-rata remaja pengguna media sosial yang aktif suka memposting cuitan atau foto tentang dirinya, perasaannya, hal yang sedang mereka lakukan, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat mempengaruhi faktor kepercayaan dirinya, apalagi bila ada komentar positif atau respon positif dari pengguna media sosial lain terhadap diri mereka. Selain dari segi fisik, hal tersebut juga membantu mereka percaya diri untuk mengungkapkan opini mereka ataupun menanggapi suatu hal di ranah publik dengan baik.
- Remaja dapat mengakses berbagai macam informasi dan pengetahuan yang ada di internet. Dengan adanya informasi yang tidak terbatas di media sosial, remaja dapat memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara tidak langsung. Contohnya remaja dapat belajar tentang toleransi beragama yang mana banyak sekali content creator yang mengulas tentang agama, contohnya adalah Habib Jafar dan Husain Basyaiban pada media sosial Tik Tok. Ada juga content creator seperti Pandawara Group di Tik Tok yang menunjukkan bagaimana kondisi lingkungan yang ada di Indonesia, kontribusi mereka dalam membersihkan lingkungan, dan apa saja yang bisa masyrakat lakukan agar lingkungan menjadi lebih bersih dan indah, hal tersebut tentu saja dapat menyadarkan dan membantu ramaja untuk selalu menjaga lingkungan mereka.
- Remaja dapat meningkatkan konektivitas sosial mereka. Media sosial memungkinkan remaja untuk selalu terhubung dengan teman sebayanya, anggota keluarga, pacar, saudara, bahkan teman-teman atau orang-orang yang mereka kenal dengan minat yang sama melalui media sosial. Media sosial dapat membantu remaja bersosialisasi dengan siapa saja dengan baik. Fakta menyebutkan bahwa orang yang sering berkomunikasi atau bersosialisasi cenderung lebih mudah mengotrol emosi mereka dan lebih cepat beradaptasi ditempat baru.
Namun di sisi lainnya, tentu saja media sosial juga dapat membawa dampak negatif. Dampak negatif media sosial terhadap perilaku sosial remaja diantaranya adalah:
- Penggunaan media sosial yang terlalu sering dapat membuat remaja menjadi kecanduan dan dapat melemahkan kesehatan atau imun mereka. Penggunaan media sosial yang berlebihan dan kecanduan dapat mengganggu kehidupan sehari-hari remaja. Mereka dapat menghabiskan waktu yang berlebihan di depan layar, mengorbankan waktu tidur mereka, aktivitas fisik, dan interaksi sosial langsung. Berdasarkan suatu penelitian (Rahayu, Flourensia Sapty, dkk, 2019), hasil kuisioner yang dibagikan kepada siswa-siswi SMP, SMA, dan SMK di Kabupaten Sleman tepatnya Kecamatan Depok, D.I. Yogyakarta di dapatkan informasi bahwa penggunaan media sosial sangatlah berpengaruh terhadap perilaku sosial remaja pada saat ini. Berdasarkan dari data, didapatkan 98% remaja adalah pengguna media sosial dengan lama penggunaan media sosial sebanyak 89% yang menggunakan media sosial dengan jangka waktu lebih dari 3-6 jam sehari jam sehari. Sementara menurut dokter spesialis mata Isna Kusuma Nintyastuti mengatakan bahwa sebaiknya orang menggunakan ponsel tidak lebih dari 3 jam per hari. Hal tersebut menyatakan bahwa penggunaan media sosial oleh remaja sudah lebih 2 sampai 3 kali lipat dari batas yang dianjurkan.
- Remaja jadi memiliki body image dan kepuasan diri yang rendah. Hal tersebut dikarenakan media sosial sering kali menampilkan citra tubuh yang sempurna dan standar kecantikan yang tidak realistis. Banyak remaja yang merasa tidak puas dengan penampilan mereka sendiri, yang mana dapat menimbulkan masalah body image dan rendahnya rasa percaya diri. Bagi para remaja yang tidak percaya diri, banyak dari mereka yang mencoba segala cara agar dapat memiliki penampilan seperti yang mereka inginkan. Contohnya adalah diet, diet merupakan salah satu cara yang sering dilakukan agar membentuk penampilan tubuh yang lebih langsing atau ideal menurut mereka, namun diet yang terlalu ketat tentu saja dapat membawa petaka bagi pelakunya sendiri. Menurut studi Global Burden of Disease, menyatakan bahwa 1/5 kematian secara global (setara dengan 11 juta kematian) berhubungan dengan pola makan yang buruk, dan pola makan berkontribusi terhadap berbagai penyakit kronis pada orang-orang di seluruh dunia. Pada tahun 2017, lebih banyak kematian disebabkan oleh pola makan dengan jumlah makanan yang terlalu sedikit seperti biji-bijian, buah-buahan, dan kacang-kacangan dibandingkan dengan pola makan dengan jumlah makanan yang tinggi seperti lemak trans, minuman manis, daging merah, dan daging olahan dalam jumlah tinggi (Lancet, 1990-2017).
- Timbulnya perilaku cyberbullying pada remaja. Remaja rentan terhadap pelecehan dan intimidasi online. Menurut Rigby dalam jurnal (Nasrullah,2015) cyberbullying adalah perundungan atau merupakan tindakan negatif yang dilakukan secara terus menerus atau berulang. Tindakan ini kerap kali menyebabkan korban tidak berdaya dan terluka secara fisik maupun metal. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Kircaburun dkk., (2018), menyebutkan bahwa penggunaan media sosial yang bermasalah dengan tindakan cyberbullying saling terkait satu sama lain secara langsung. Belongingness secara langsung dan keterhubungan sosial secara tidak langsung sama-sama memiliki keterkaitan dengan pengguna media sosial yang bermasalah dan perbuatan cyberbullying. Sejalan dengan itu, Anastasiaa dan Nur (2018) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa media sosial memberikan pengaruh sekitar 24% terhadap perilaku cyberbullying. Cyberbullying dapat berdampak buruk pada kesejahteraan emosional remaja, yang mana hal tersebut dapat menyebabkan stress, kecemasan, depresi, hingga kematian.
Hal-hal negatif yang terjadi pada remaja dalam pemakaian media sosial berawal dari adanya kecanduan yang menjadi kebiasaan. Berikut adalah tanda-tanda saat remaja mengalami kecanduan media sosial, diantaranya adalah:
- Remaja mengalami gangguan tidur yang berkesinambungan atau secara terus menerus, atau bisa juga disebut mengalami insomnia.
- Mengalami penurunan kepercayaan diri karena mereka senang membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
- Mengisolasikan diri dari lingkungan sekitar, pertemanan, kerabat, bahkan keluarga.
- Mengalami penurunan prestasi di sekolah.
- Mulai mengabaikan kondisi kehidupan di Masyarakat.
- Sulit berkonsentrasi atau fokus.
- Pola istirahat terganggu.
- Pola makan menjadi tidak teratur.
- Sering berpikir negatif.
- Bersikap acuh tak acuh.
- Daya berpikir atau memproses informasi menjadi lambat.
- Sering melamun.
- Mengalami gangguan kecemasan bahkan sampai menimbulkan depresi.
Tentu saja dampak negatif tersebut tidak akan terjadi jika kita memiliki kesadaran diri yang tinggi atas setiap tindakan yang kita lakukan atau kita kemukakan di media sosial. Beberapa cara yang bisa remaja lakukan untuk mengontrol diri dalam pemakaian media sosial diantaranya adalah:
- Menetapkan batasan waktu dalam memakai media sosial atau gawai.
- Membangun kesadaran tentang emosional agar kita bisa mengontrol perkataan atau tulisan agar tidak menyakiti atau menyinggung orang lain. Juga untuk mendorong remaja untuk mengikuti akun yang positif dan inspiratif serta menghindari konten yang berpotensi merugikan kesejahteraan emosional mereka.
- Â Mengembangkan kemampuat berpikir kritis, yang mana bisa dilakukan dengan memfilter konten, pilihlah konten yang positif dan edukatif, serta mempertanyakan dan memeriksa ulang apakah data atau informasi yang kita dapatkan sudah valid atau belum.
- Memberikan privasi online kepada orang lain, dengan cara membatasi informasi pribadi yang kita berikan kepada orang lain, juga tidak terlalu banyak bertanya tentang privasi orang lain (crossing the line).
- Fokus pada interaksi sosial offline, dengan cara mendorong diri untuk terlibat dalam kegiatan di luar ruangan, berinteraksi dengan teman secara langsung, dan mengambangkan keterampilan sosial yang sehat di dunia nyata.
- Melakukan aktivitas di luar rumah, seperti bersepeda, berenang, mendaki gunung, traveling, dan maish banyak lagi.
- Meluangkan waktu untuk berinteraksi dengan orang lain, contohnya dengan keluarga, jalan-jalan bersama teman, dan lainnya.
- Meletakkan gawai yang jauh dari jangkauan kita atau dari genggaman kita.Â
      Bagaimana cara kita menggunakan media sosial juga berpengaruh terhadap kepribadian, khususnya dalam konteks ini adalah kepribadian dalam sudut pandang sosial-budaya. Kebiasaan merupakan awal mula dari terbentuknya kebudayaan, budaya ini membentuk perilaku-perilaku dari masyarakat-masyarakatnya yang kemudian disebut sebagai pekerti bangsa, perilaku-perilaku ini secara tidak langsung membentuk kepribadian bangsa, dan kepribadian bangsa ini lah dalam konteks global kemudian membentuk yang namanya peradaban bangsa. Jika kita ataupun lingkungan kita terbiasa berperilaku buruk atau menyebarkan hal-hal negatif di media sosial, hal tersebut akan berdampak bagi kita sebagai orang yang berada di dekat mereka ataupun orang lain yang melihat postingan negatif tersebut. Hal tersebut tentu saja dapat mempengaruhi remaja sebagai anggota dimasyarakat yang kemudian secara tidak langsung ketika dia menginternalisasi nilai-nilai budaya ini terbentuk pekerti bangsa atau karakter. Maka dari itu penting adanya sosialisasi dalam pemakaian sosial media yang benar, agar penyalahan penggunaan media sosial tidak menyebar dan membentuk bangsa yang intoleransi, negatif, dan tidak memiliki critical thinking.