Mohon tunggu...
Najma Nabila Savitri
Najma Nabila Savitri Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, 20 Juli 1995. Bernama benar Najma Nabila Savitri dengan nama panggilan Bella. Sekolah, sekolah, dan sekolah menjadi kegiatan sehari-hari. Sangat menggemari dan menekuni musik dan fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"Brak!", Batalnya Konser Trio Lestari di Bandung

17 Desember 2012   07:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:30 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sekian lama tidak menulis dan posting di Kompasiana, saya kembali dengan sebuah cerita tentang pengalaman saya kemarin malam ketika pergi ke kota kembang, Bandung, untuk sebuah pertunjukan yang sudah saya nanti-nanti.

Mungkin banyak dari pembaca Kompasiana yang sudah mendengar tentang konser Trio Lestari (Sandhy Sondoro, Glenn Fredly, Tompi) di The Trans Luxury Hotel Bandung, juga dengan show pembuka dari Raisa dan Tulus yang rencananya diselenggarakan pada 16 Desembver 2012. Dari artis dan tempat diselenggarakan acaranya dengan mudah menyedot perhatian dari pecinta musik tanah air untuk menyaksikan konser tersebut dengan ekspektasi tinggi.

Terlihat sudah dipersiapakan dengan matang dari jauh hari. Sejak berbulan-bulan lalu pihak promotor, Living Stone Event Organizer sudah menjual ticket dengan harga pre-sale. Harganya bermacam-macam sesuai dengan kategori tempat penonton seperti konser lainnya. Dengan fasilitas-fasilitas khusus bagi pembeli ticket kategori Platinum dan Gold. Seperti, parkir khusus, pintu masuk khusus, dan satu cup kopi strabucks (tapi Cuma 2 ‘termos’ euy, pada kehabisan juga).

Semuanya berjalan lancar, antre panjang wajar seperti konser-konser lainnya, sampai akhirnya memasuki ruangan acara di salah satu Ballroom Trans Hotel. Kejanggalan terasa saat saya menyadari bahwa akses keluar masuk hanya melalui 4 pintu yang ukurannya tidak sebanding dengan banyaknya jumlah penonton.

Juga dengan melihat tata tempat penonton yang tidak sesuai dengan denah yang sejak awal sudah digambarkan oleh pihak panitia. Setiap kategori duduk jelas terpisah, tapi kenyataannya hanya Platinum yang terpisah sendiri di depan. Untuk kategori Gold, Silver, dan Bronze mendadak bercampur aduk. Semua kursi sudah penuh diduduki, padahal masih banyak pemegang ticket gold di belakang saya yang belum mendapatkan tempat duduk, termasuk saya.

Prasangka akan kecurangan dari pihak panitia mulai terlihat. Bukan meremehkan, tapi panitia di lapangan terlihat belum siap atau berpengalaman. Saya tidak mau menghakimi, tetapi ada kecurigaan bahwa beberapa ‘oknum’ panitia ada yang membawa keluarga atau kerabatnya masuk tanpa ticket.

Penonton yang baru masuk berjubel mengantre untuk duduk di panggung kursi penonton, sambil mengipaskan kertas ticket ke wajahnya, mungkin kepanasan. Ok. Beberapa sudah mulai terlihat emosi, saya bisa paham perasaan mereka, beli ticket gold presale Rp275.000,00 dan harga normal (kalau tidak salah) Rp 650.000,00 bukanlah jumlah uang yang sedikit.

Lucunya, penonton kategori Festival diletakkan paling pinggir kanan, menghadap layar monitor (ini juga aneh, layar monitor Cuma 1, tidak simetris) sementara batas panggung artis sama dengan batas panggung kursi penonton. Jadi penonton kategori Festival menghadap layar monitor. Ya, kayak notnon YouTube tapi ramai-ramai dan pakai bayar. Saya agak bingung mendeskripsikannya, saya hanya mengharapkan daya imajinasi pembaca.

Di balik kelambu panggung yang masih tertutup terdengar suara-suara soundcheck gitar, microphone, dll. Penonton sudah mulai berseru semangat tak sabar menunggu sang artis keluar. Tak lama setelah mereka berseru terdengar suara “BRAKKK! Gedebuk gedebuk!”, disambung dengan teriakan histeris “AAAAAAA!”, dan diakhiri dengan sekitar 4 suara ledakan api beruntun.

Sekejap para ‘calon’ penonton panik, tapi ada juga yang penasaran malah naik kursi karena tidak kelihatan apa yang sebetulnya terjadi. Saya jujur panik, dan saat itu belum tahu apa yang terjadi di belakang. Sempat berpikir ada oknum bersenjata tajam atau mungkin ledakan pakai remote control dari luar seperti di film The Dark Knight.

Setelah berhasil keluar dari ruangan dengan wajah pucat dan jantung yang berdegup beberapa kali lipat lebih kencang, saya bertemu dengan saudara saya yang menonton di kategori Festival. Dia melihat langsung dengan mata kepalanya kejadian itu.

Ternyata sebelumnya terjadi sedikit adu argumentasi antara seorang penonton perempuan yang ingin duduk di deretan kursi belakang tetapi dilarang oleh security karena alasan tidak aman. Agak kurang masuk akal, kenapa dikasih kursi kalau tidak aman. Ini aneh. Aneh, gak? Mungkin Tuhan memberi jawaban atas pertanyaan ngotot dari si penonton tadi.

Panggung kursi belakang yang diperuntukan untuk kategori Bronze ambruk, Saudara-saudara. Perempuan tadi pun terjatuh bersama penonton lain di dekatnya. Jangan salahkan dia, dia hanya ingin duduk karena sudah bayar. Penonton ‘selamat’ di sekelilingnya langsung panik dan bergegas dari kursinya masing-masing.

Nah mengenai ledakan beruntun tadi, katanya, itu disebabkan oleh panggung kursi runtuh yang menimpa kabel listrik sehingga terjadi korslet. Ledakannya cukup keras dan membuat panik siapapun yang ada dalam ruangan itu. Sangat menyeramkan kalau ledakannya merambat. Tahun baruan kita di sana kalau kayak gitu, #abaikan. Dan yang lebih bikin panik adalah tidak ada emergency exit atau setidaknya akses yang cukup untuk keluar cepat dalam keadaan darurat. Penonton panik berhamburan keluar, beberapa diantara mereka ada yang terlihat sangat ketakutan bahkan menangis.

Konser akhirnya dibatalkan, walaupun ada selentingan kurang bertanggung jawab yang mengatakan bahwa pertunjukan akan tetap dilanjutkan. Dipikir aja deh, itu rubuh emang tinggal angkat terus bener lagi gitu? Artisnya emang gak bete?

Saya yang sudah jauh-jauh datang dari Jakarta, dibela-belain, padahal besoknya (hari ini) ada try out Ujian Nasional SMA, pasti kecewa dengan kejadian ini dan sikap tidak professional dari panitia penyelenggara.

Sampai sekarang belum ada konfirmasi atau permintaan maaf resmi dari pihak penyelenggara. Justru salut dengan pihak Trio Lestari yang dengan sigap memberikan keterangan permintaan maaf dan rencana reschedule konser.

Bukan bermaksud nyinyir, tapi lucu aja. Di website promotor Living Stone EO, mereka yang ternyata pemain baru ini mengungkapkan “What distinguish LivingStone with other local event organizers is we present an original, innovative, and creative events combined with a high quality services by professional production team that will create an unforgettable experiences.” (Iya lah unforgettable, siapa yang bisa lupa lagi ngantre tiba-tiba ada “GEDEBUK!”, “AAAAA!”, “DOR DOR DOR DOR!”).

Ada juga gelang kertas untuk penonton yang bertuliskan “Will you sing with us?” mestinya diganti aja “Will you scream with us?” Ya pokoknya unforgettable banget lah. Sesuwetes!

Semoga dengan adanya kejadian ini bisa memberi pelajaran untuk panitia penyelenggara untuk bekerja dan mempersiapan pertunjukan besar seperti ini secara lebih mendetil. Juga untuk para penonton, kalau gak udah dikasih tahu jangan ya jangan ngeyel. Oh i ya, masih untuk penonton, khususnya kaum hawa yang sudah berdandan all out untuk nonton konser di ‘hotel’ jangan bersedih hati. Hehe. And the last but not least, untuk kemajuan industri musik di Indonesia sendiri.

*Untuk melihat foto-foto keadaan panggung kursi setelah kejadian, bisa dilihat di akun Twitter saya @nabilafz karena bingung insert foto di sini, takut gak rapi. :(

Terima kasih!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun