Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, meningkatkan imunitas atau daya tahan tubuh menjadi hal yang penting agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit. Selain menjaga pola hidup yang sehat, menjaga imunitas juga bisa dilakukan dengan mengkonsumsi minuman dari tanaman herbal.
Terminologi yang saat ini digunakan di Indonesia maupun di negara-negara lain adalah obat tradisional atau tradisional medicine, yang juga digunakan oleh WHO. Secara garis besar obat tradisional di Indonesia oleh Badan POM dibagi menjadi tiga yaitu jamu, obat herbal berstandar, dan fitofarmaka. Jamu merupakan obat tradisional yang memiliki riwayat pengalaman empiris, yang berarti pemakaian turun temurun dari generasi ke generasi. Sedangkan untuk obat herbal berstandar dapat berupa jamu atau bahan herbal. Bahan herbal sendiri dapat diartikan sebagai bahan yang berasal dari tumbuhan atau tanaman obat. Ada pula definisi yang lebih luas yaitu bahan yang berasal dari bahan alam, misalnya bahan mineral atau bahan hewani seperti madu. Berstandar disini berarti bahan baku yang digunakan sudah terstandar dan teruji keamanannya melalui uji pra klinik dan uji khasiat pada hewan coba. Terminologi yang terakhir yaitu Fitofarmaka, fitofarmaka adalah obat herbal berstandar atau jamu yang sudah memiliki pembuktian berupa uji klinis pada manusia, baik keamanan maupun khasiatnya. Sehingga dapat dikatakan fitofarmaka merupakan obat herbal yang secara saintifik dibuktikan dapat berdampak positif pada tubuh manusia misalnya dalam meningkatkan imunitas. Banyak dari tanaman obat atau biasa disebut herbal memiliki sifat modulasi, yaitu dapat memodulasi respon imun di dalam tubuh kita baik respon imun inet (bawaan) maupun respon imun yang sifatnya adaptif sehingga disebut dengan herbal yang bersifat imunomodulator.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa ramuan dari tanaman obat yang ada pada jamu dapat digunakan dalam meningkatkan imunitas, karena bersifat turun temurun dari generasi ke generasi yang berarti telah ratusan atau ribuan tahun digunakan sehingga telah terbukti keamanan dan khasiatnya bukan melalui suatu penelitian melainkan pembuktian secara empiris berdasarkan pengalaman. Tetapi kita juga perlu melihat beberapa kondisi dari tiap individu, karena kondisi tiap individu tidak sama. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian untuk mengkonfirmasi apakah suatu ramuan tertentu dapat bersifat universal pada setiap individu dalam meningkatkan imunitas. Belum lagi kita juga harus memperhatikan ada beberapa herbal atau obat tradisional yang sebaiknya tidak dikonsumsi misalnya pada wanita hamil. Sehingga jika dalam meningkatkan imunitas harus dapat memilah mana yang aman untuk tubuh ibu hamil.
Ada beberapa tanaman obat yang sering digunakan pada ramuan tradisional atau jamu yaitu jahe, kunyit, temulawak, jintan hitam, meniran, sambiloto, dan bawang putih. Bahan tanaman obat tersebut dapat dibilang bersifat imunomodulator, dimana dari masing-masing bahan tersebut memiliki sifat dapat memodulasi respon imun. Tetapi jika kita ingin mendapatkan manfaat yang lebih optimal kita dapat mencampurkannya menjadi suatu ramuan, misalnya jahe dicampur dengan temulawak sehingga dapat menghasilkan suatu ramuan yang tentunya baik untuk tubuh kita. Dalam meramu jamu tentunya juga harus berdasarkan sumber referensi yang telah terpercaya seperti buku dari Kemenkes, Badan POM, biofarmaka atau dengan berkonsultasi kepada orang yang lebih ahli, hal ini dikarenakan agar tidak salah dalam meramu suatu jamu.
Ada berbagai macam sediaan dalam obat tradisional atau jamu yaitu sediaan bahan segar, sediaan bahan kering atau simplisia (biasanya berbentuk bubuk atau serbuk), dan sediaan ekstra atau modern (biasanya berbentuk kapsul, tablet, sirup). Untuk bahan-bahan yang sifatnya segar, rentang takarannya sangat luas sehingga tidak terlalu presisi tetapi dapat dikonsumsi dalam dosis wajar, seperti hal nya kita saat mengkonsumsi jus atau makanan fungsional. Jika kita ingin mendapatkan manfaat imunomodulator dari suatu ramuan tersebut kita dapat mengkonsumsi 2 gelas dalam sehari, atau ketika kita sedang dalam keadaan sakit atau terkena infeksi virus tertentu selain dengan bantuan resep obat dari dokter, kita juga dapat tambahkan atau sebagai komplementer dengan cara mengkonsumsi jamu 3 gelas per hari. Sedangkan untuk sediaan simplisia atau ekstra, harus mengikuti dosis yang tertera pada kemasan, karena dosis tersebut telah presisi dan dihitung secara akurat untuk kebutuhan setiap individu dalam satu hari nya. Sediaan obat tradisional ini tentunya juga harus mempunyai izin edar badan POM yang asli.
Secara umum sifat dari tanaman obat atau herbal tidak bisa bekerja secara instan, itulah yang membedakan dengan obat kimia, modern, dan konvensional. Dimana obat herbal ini bekerja secara bertahap dalam mengkondisikan tubuh kita untuk lebih adaptif meregulasi sistem imun. Biasanya efek akan muncul setelah 2 minggu kita mengkonsumsi obat tradisional atau jamu tersebut. Dapat dikatakan juga bahwa bahan alam umumnya aman, tetapi semua dikonsumsi dengan kadar cukup dan tidak berlebihan. Selain itu kita juga harus tetap memelihara fungsi ginjal ketika mengkonsumsi jamu atau herbal dengan cara minum air putih sebanyak 2 liter per hari, untuk menghindari efek samping. Kita juga perlu memperhatikan apakah ada alergi terhadap bahan-bahan yang ada pada jamu tersebut.
Dari pemaparan di atas dapat dikatakan bahwa jamu atau obat tradisional dapat meningkatkan imunitas tubuh seseorang jika dikonsumsi dengan kadar yang cukup dan tidak berlebihan. Namun selain itu kita juga harus menerapkan pola hidup sehat yang seimbang dalam kehidupan sehari-hari untuk meningkatkan imunitas tubuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H