Sebuah keputusan yang cukup mencengangkan ketika kementrian pendidikan dan kebudayaan melayangkan sebuah edaran (dapat di download di sini) tertanggal 27 Januari 2012 bahwa untuk lulus dari perguruan tinggi harus menuliskan artikel hasil karyanya dalam bentuk jurnal ilmiah. Jika boleh meminjam istilah yang umum digunakan oleh para ABG jaman sekarang, kata galau, adalah kata yang tepat untuk mengilustrasikan kondisi para mahasiswa (terutama tingkat sarjana) saat ini. Setelah mecoba melihat akreditasi yang diberikan DIKTI untuk jurnal-jurnal bidang MIPA, jurnal tesebut memang membutuhkan lebih banyak asupan artikel yang berkualitas.
Kegalauan para mahasiswa akibat kewajiban menulis makalah dalam jurnal ilmiah dinilai sangat wajar. Bagaimana tidak? Sebagian besar mahasiswa belum mengerti apa itu jurnal ilmiah, jalankan menulis, membaca-pun belum pernah. Bahkan awalnya, saya sempat mengira bahwa jurnal ilmiah sama dengan proceeding yang diterbitkan pada konferensi atau seminar ilmiah, baik tingkat nasional maupun internasional. Tetapi kemendikbud tidak dapat disalahkan karena kebijakan ini, karena memang Indonesia sudah cukup tertinggal dalam menuliskan jurnal internasional, saat ini indonesia menempati urutan 64 dengan 13 ribuan artikel, (sedang dicoba dikumpulkan di Indonesia Scientific Jornal Database) padahal malaysia telah mencapai 55 ribu artikel, jika menggunakan rumus hitung yang digunakan Schimago, maka skor Indonesia hanya sepertujuh dari Malaysia (data lengkap dapat dilihat di sini)
Sempat bercakap-cakap dengan kepala jurusan saat makalah saya lolos untuk sebuah Annual Indonesian Conference in Taiwan, beliau menyarankan bahwa sebaiknya saya mulai mencoba mengajukan karya ke jurnal ilmiah. Sebagai contoh, saya diberikan (dan Alhamdulillah secara gratis) sebuah jurnal internasional terbaru terbitan Indonesian Mathematics Society. Setelah mencoba membaca jurnal tersebu, ternyata saya menjumpai bahwa karya yang terpilih memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan cenderung mengembangkan teori yang sudah ada. Ini sangat berbeda dengan karya-karya saya selama ini, dimana karya yang saya hasilkan hanya sebatas pergeseran kasus dari penelitian yang sudah kurang up to date dengan sitasi yang sangat rendah dan tidak terindex.
Kejadian itu menjadikan bahwa menulis di jurnal internasional adalah suatu mimpi baru bagi mahasiswa jaman sekarang, mimpi yang sempat dipopulerkan oleh Danang A.Prabowo (Mapres Nasional 2007) yang vidio motivasinya menyebar di mana-mana, yang akhirnya dapat melanjutkan studi di Negeri Sakura. Menulis jurnal telah mampu mempermudah jalan bagi banyak intelektual muda mendapatkan beasiswa di universitas idamannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H