Â
Jenis Padi Darat di Kampung Kami
Salah satu pekerjaanku sebagai anak kampung adalah menjaga burung di ladang ketika padi kami sudah mulai berbulir. Orang-orang di kampung mempunyai istilah khusus untuk pekerjaan ini, yaitu: mamuro. Pekerjaan ini berlangsung sejak pagi hingga petang. Burung-burung pemakan padi sudah sudah Bersiap-siap untuk segera tiba di ladang padi begitu matahari mulai bersinar, begitu hari mulai terang. Jadi, sedapat mungkin, seorang pamuro, yang bertugas menjaga padi dari burung-burung pemakan padi itu, harus tiba lebih awal daripada burung-burung itu. Walaupun, dalam kenyataannya, hal itu sulit terlaksana apalagi kalau ladang seseorang itu jauh dari kampung.
Setiap tahun kami menanam padi darat. Kami tidak menanam padi sawah. Kata Inangku, ibu dari bapakku, jauh sebelum aku lahir, orang-orang di kampung kami pernah menanam padi di sawah. Banyak penduduk kampung yang memanfaatkan areal persawahan yang biasanya terdapat di lembah-lembah di wilayah kami. Sungai-sungai mengalir di sepanjang lembah itu. Jadi, persediaan air mencukupi sepanjang waktu untuk mengairi persawahan.
Kampung kami berada di dekat sebuah gunung, yaitu Simarjarunjung. Sungai mengalir dari arah gunung ini, memanjang hingga aliran airnya berakhir di Danau Toba yang sangat terkenal itu. Hehehe…! Iya kan, Danau Toba itu kan memang sangat terkenal, sejak dulu, karena keindahannya yang luar biasa.
Itulah, keluargaku, bapak-mamakku, mereka hanya menanam padi darat. Syukurlah, dengan menanam padi darat, kami tidak perlu membeli beras. Biasanya, kami bisa mencukupi kebutuhan beras kami di rumah dari hasil padi yang kami tanam sendiri di ladang kami.
Jenis padi yang kami tanam adalah khas merupakan jenis padi yang sudah ditaman oleh penduduk kampung sejak zaman opung-opung kami, kakek-nenek kami. Jenis padi darat kami namakan: Sigambiri. Jenis yang ada sekarang, yang biasa kami tanam adalah yang berasnya setelah padi digiling/ditumbuk/dikupas, berwarna merah. Maka, kami juga sering menyebutnya beras merah. Kata Inangku, dulu, ada juga jenis padi Sigambiri yang berasnya itu berwarna putih. Kalau ditanak, jenis padi Sigambiri yang berasnya berwarna putih itu lebih lembut.
Udara di kampung kami relatif dingin karena berada di dataran tinggi. Jadi, terutama di pagi dan malam hari, Anda akan merasa kedinginan kalau berkunjung ke kampung kami. Kalau kami masak nasi, begitu ditaruh ke dalam piring dan dibiarkan atau didiamkan selama beberapa menit, nasi tersebut akan segera dingin dan keras, macam kembali menjadi beras. Jadi, sebaiknya, kalau makan, jangan didiamkan nasi yang sudah berada di dalam piring, segera makan saja selagi masih hangat.
Para sepupuku yang tinggal di kota, mereka biasanya juga makan nasi merah kalau pulang kampung. Mereka di kota tidak biasa makan nasi merah. Jadi, mereka juga biasanya langsung makan saja itu nasi merah yang masih hangat-hangat di dalam piring masing-masing sebelum nasi itu keburu dingin dan menjadi keras, butir-butir nasi terpisah-pisah seperti beras apalagi kalau masaknya pakai air yang pas-pasan.
Usia padi darat bernama Sigambiri yang biasa kami tanam di kampung kami berkisar antara lima sampai enam bulan. Lama juga kan kalau kita bandingkan dengan jenis-jenis padi sawah yang umum ditanam di Indonesia yang hanya berkisar antara tiga sampai tiga setengah bulan?