Inang dalam Sistem Kekerabatan Suku Batak di Indonesia

Bagi kami suku Batak, adalah hal yang lumrah kalau kami menyapa opung kami, khususnya ibu dari bapak kami dengan sebutan yang sama dengan apa yang digunakan oleh bapak kami sendiri. 

Bapak kami, memanggil ibu yang melahirkannya dengan sapaan: "INANG". Maka, kami, anak-anak dari bapak kami, juga menyapa ibu dari bapak kami itu dengan sapaan yang sama: "Inang".  Bisa jadi, bagi mereka yang bukan berasal dari suku Batak, mengalami semacam kebingungan dan bertanya-tanya, apakah yang disapa itu ibu kandung atau bukan?  

Untuk ibu kandung kami sendiri, kami menyapa dengan sebutan: "Mamak".  Sebagian dari sepupu yang semarga denganku, memanggil ibu dari bapak dengan sapaan yang sama: "Inang". Ada juga sebagian sepupuku yang semarga denganku menyapa ibu dari bapak dengan sapaan: "Opung".  

Bagi orang Batak sepertiku, ada dua kategori sepupu kandung. Yang pertama, yang semarga denganku, yaitu Sihaloho. Itu berarti, mereka yang bapaknya merupakan saudara laki-laki dari bapakku sendiri. Mereka semua sudah pasti bermarga: Sihaloho. Yang kedua, sepupu-sepupuku yang merupakan anak-anak dari saudari-saudari perempuan dari bapakku. Sudah pasti tidak ada di antara mereka yang semarga denganku. Aku semarga dengan ibu mereka, Sihaloho; berbeda marga dengan anak-anak mereka. 

Bagi para sepupuku yang merupakan anak-anak dari saudari-saudari perempuan bapakku, mereka menyapa ibu dari bapakku dengan sapaan: "Opung", bukan "Inang".  Sapaan "Inang" dalam masyarakat Batak biasanya hanya berlaku bagi cucu-cucu dari para anak lelaki bagi si ibu tersebut. 

Begitulah sekilas gambaran kekerabatan dalam masyarakat Batak.