Mohon tunggu...
Nabial C G
Nabial C G Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Berbagi sudut pandang tentang film dari sisi penonton, dan berbagi banyak hal yang perlu diulas

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Alasan Masuk Akal Paylater Laris Manis

4 November 2022   05:45 Diperbarui: 4 November 2022   06:03 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dewasa ini siapa yang tidak mengenal paylater. Walaupun tidak menggunakan minimal pernah mendengar kata paylater. Menjamurnya paylater sebagai alat transaksi barang tidak bisa dilepaskan dari masifnya belanja online. Masifnya pertumbuhan teknologi di masyarakat berdampak ke lini pertumbuhan ekonomi. Arus uang secara online sudah menjadi hal biasa saat ini. Dengan adanya toko online atau e-commerce membuat normal yang baru bagi masyarakat. 

Masyarakat sudah terbiasa mencari barang secara online. Dari terbiasa menjadi kebiasaan baru. Belum lagi e-commerce sering memberikan promo, diskon, dan penawaran yang menarik yang berhasil menumbuhkan minat beli masyarakat. Paylater menjadi hal yang disukai masyarakat. Sistem kerja paylater bisa jadi mirip dengan kartu kredit. Namun, di indonesia pemilik kartu kredit hanya dari kalangan tertentu saja. 

Dilansir dari Tirto bahwasanya pengguna paylater dari kalangan generasi Milenial, generasi Z, dan Generasi X. Pertimbangan memilih paylater:

1. Kemudahan penggunaan
2. Promo yang ditawarkan
3. Varian tenor cicilan
4. Jaminan keamanan
5. Besaran bunga / serta denda
6. Limit kredit
7. Nama besar penyedia layanan
8. Rekomendasi orang terdekat

 
Urutan penyedia layanan paylater yang sering dipiilih pengguna:
1. Shopee Pay Later
2. Gopaylater
3. Kredivo
4. AKulaku
5. Traveloka
6. Home Credit
7. Indodana
8. BRI Ceria
9. Julo
10. Atome
11. Kreditmu
12. Vosplay.

Paylater hadir memberikan kemudahan untuk  penggunanya, dan rasanya penyedia layanan paylater memang menargetkan kalangan generasi Z, Mileneal, dan X yang cukup konsumtif. 

Penawaran yang diberikan oleh penyedia layanan paylater dirasa mudah untuk didapatkan ketimbang kartu kredit. Memang ketimbang kartu kredit paylater persyaratannya cukup mudah. 

Mahasiswa pun yang belum memiliki penghasilan tetap bisa menggunakan paylater. Karena kemudahan itulah paylater terkadang membantu beberapa pengguna disaat sedang minim dana. Bisa membeli barang yang diperlukan dikala belum memiliki uang yang cukup.

Namun dibalik kemudahan itu terselip hal yang cukup membuat resah. Terbiasa dengan kemudahan ancaman gagal bayar bisa terjadi pada pengguna paylater. Sudah banyak pengguna yang mengeluhkan akan denda keterlambatan 5% dari paylater. 

Walaupun paylater membatasi limitnya namun jika kita sedang berada dalam kondisi tidak memiliki uang, denda bisa menumpuk, dan menguras uang tentunya hal ini bisa mengganggu kestabilan ekonomi kita. Paylater juga bisa memicu impulsive buyer jika tidak bisa mengontrol diri untuk membeli barang. 

Ya ini kembali lagi kediri kita semuanya, akan menjadi masalah jika kita terlalu berlebihan, dan tidak mengenal kata cukup. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun