Tulisan ini lahir yang dipicu setelah menonton konten Bapak Dr. Indrawan Nugroho di channel YouTubenya. Ia mengulas tentang TikTok dari sudut pandangnya. Aku yang menyimak dengan hikmat merasa apa yang ia sampaikan ada benarnya.
Keberadaan TikTok ini cukup membuat perubahan baru yang cukup signifikan. Awalnya TikTok hanya berisi konten lucu-lucuan sekarang sudah merubah arah industri. Bagaimana tidak ? konten TikTok makin beragam dan sudah ada fitur jual beli disana. Tahu istilah keranjang kuning? ya itu ada di TikTok.Â
Ya tidak bisa dipungkiri ada sisi baik dari TikTok ini sebenarnya. Banyak video tutorial yang tidak terlalu panjang untuk disimak, dan itu membantu. Informasi-informasi seperti perilisan film ataupun berita cukup aktual di TikTok.
Nyatanya memang TikTok cocok untuk masyarakat Indonesia yang cukup ekspresif. Namun ada hal menarik dari datangnya TikTok ini. Munculnya kebiasaan baru yang bisa jadi kalian pun mengalaminya juga. Scroll TikTok berjam-jam, entah kenapa TikTok membuat betah. Aku yang awalnya antipati di TikTok malah masuk ke kebiasaan ini. Wajar saja rasanya video yang berdurasi singkat ini tanpa sadar menghibur diri kita. Ditambah saat pandemi berlangsung aktivitas harus dilakukan dalam ruangan. Pengguanaan TikTok semakin masif. Demi menghibur diri dan menghilangkan kebosanan TikTok hadir untuk mengatasi itu.
Ada sensasi seru dan kejutan saat mendapatkan video yang berkaitan dengan kita entah itu vido humor, motivasi ataupun tentang kisah. Sensai kejutan dan keseeruan itu yang menurutku membuat kita tidak lepas dari aplikasi ini. Kita ingin merasakan dan menemukan kembali video-video tersebut.
Hal ini perlu kita cermati di TikTok. Menurut pak Dr. Indrawan Nugroho dari kontennya ia memaparkan bahwa TikTok bisa jadi candu baru. ia juga menerangkan bahwa algoritma TikTok menyesuaikan penggunanya. Dalam kontennya ia memaparkan hasil penelitan dari  Dr. Jessica GriffinÂ
Hasil scan otak para responden penelitian yang menggunakan aplikasi TikTok secara teratur, menunjukkan respons seperti kecanduan, dan beberapa subjek penelitian bahkan tidak memiliki kontrol diri untuk berhenti menonton.
Untuk lengkapnya bisa disimak dalam video berikut
Siapa yang mengira aplikasi menghibur ini bisa jadi candu baru saat ini. Untuk itu kita sebagai individu yang memiliki kesadaran harus paham betul akan kontrol diri kita. Kita bisa menentukan mana hal baik dan buruk untuk kita. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H