Musisi seperti Om Iwan dan Mas Iksan adalah musisi yang membuat karyanya  dari pengalaman pribadinya dan terkadang keresahan yang mereka alami. Mereka berdua membuat lagu dengan mengejawantahkan keresahannya melalui lirik dan nada. Oleh karena itu kadang karya dari mereka selalu ada tempat dari pendengar.
Ada beberapa karya dari Om Iwan yang menyindir pemerintahan karena ia memiliki keresahan akan hal itu. Saat itu dan situasi pada saat itu memang membuat Om Iwan Fals resah. Sebut saja lagu "Tikus Tikus Kantor" dari Om Iwan memotret kelakuan elite politiknya kala itu yang di mana Om Iwan memakai kata yang cukup menyindir akan kelakuan mereka.
Untuk Mas Iksan sendiri ada lagu "Partai Anjing" cukup frontal sebenarnya namun, ini adalah penggambaran dari Mas Iksan Skuter yang di mana ia resah akan perpolitikan Indonesia.
Sejatinya mereka menuangkan perasaan mereka dalam lagu untuk menjawab keresahan dari individu yang merasa sama.
Kedua musisi ini berasal dari generasi yang berbeda namun memiliki keresahan yang sama. Karya mereka seakan ingin merekam peristiwa dan bukti dari peristiwa itu ada.Â
Dan ada peristiwa yang cukup membuat duka masyarakat Indonesia saat ini. Tragedi Kanjuruhan yang di mana memakan korban ratusan jiwa. Om Iwan membuat karya lagu dengan judul Kanjuruhan.
Dan Mas Iksan merekam peristiwa itu dengan karyanya juga. Ditambah lagi Mas iksan bertempat tinggal di Malang yang dimana psti menimbulkan luka yang teramat dalam baginya. Lagu Mas Iksan berjudul "Oh Malangnya Malang"
Dengan adanya karya mereka berdua kita tidak akan lupa peristiwa duka ini. Ke depannya berharap tidak akan pernah terjadi lagi. musisi sejatinya adalah individu yang peka akan fenomena sosial. Menuangkan peristiwa dalam karya dan akan dikenang dalam keabadian. Kita kadang sering lupa akan suatu peristiwa. Bukan lupa tapi, melupakannya. Kita harus belajar banyak dari para musisi mereka menuangkan karya untuk dikenang di keabadian, dan memberikan hikmah pada generasi penerus. Karya mereka ada untuk mengingatkan peristiwa yang tidak boleh terulang kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H