Sosial media sudah menjadi normal yang baru untuk berbisnis. Cukup banyak individu yang mendapat penghasilan dari sosial media. Banyak hal yang bisa dilakukan di sosial media dari promosi produk, jual beli produk dan masih banyak lagi lainnya yang kadang kita berujar kok bisa yah dapat uang dari sana.Â
Tentunya untuk mencapai itu orang-orang tersebut harus mendapatkan perhatian dari para netizen. Banyak hal yang bisa dilakukan dari membuat konten hingga drama kehidupan.Â
Ya demi mencari perhatian kadang semua hal dijadikan konten hingga orang-orang mau klik akun tersebut.
Dengan jumlah pengikut ini banyak dampak yang diharapkan untuk meraup rezeki. Ada fenomena yang cukup unik tapi, kadang membuat bingung juga.Â
Para individu yang memiliki banyak pengikut ini laris bermain film padahal latar belakang untuk akting tidak ada. Banyak film-film Indonesia yang diisi dengan individu tersebut.
Tidak mau membahas nama filmnya atau tokohnya ditakutkan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan. Sebelum masa pandemi aku sudah mulai menaruh minat pada film-film Indonesia karena, jujur tema yang dibawa cukup menarik. Contohnya saja karya-karya dari Ernest Prakasa. Film Imperfect , dan Milly & Mamet film yang ditonton lebih dari sekali.
Karena kedua film ini begitu menariknya, tema yang dibawa, cast-cast yang baru membuat tidak bosan untuk menonton. Namun disisi lain ada film Indonesia yang castnya entah siapa tidak pernah dikenal sebagai aktor atau aktris tapi promonya kemana-mana.Â
Sempat menyimak wawancara terkait cast film berdasarkan jumlah follower dan itu sudah menjadi gimmick marketing. Ya sepertinya hal ini salah satu jalan untuk mendapatkan jumlah penonton yang diharapkan. Ternyata ada ya fenomena seperti ini.Â
Ya aku paham demi menarik penonton. Cuman sangat disayangkan saja. Rasanya kurang pas saja. Hanya tayang di beberapa scene bahkan hanya 1 scene tapi, promonya jor-joran. Bahkan tanpa ada scene tersebut pun tidak mempengaruhi alur ceritanya.
Fenomena ini aku wajarkan ya Produser tentu tidak mau merugi. Biaya film itu tidak murah. Namun menyayangkan saja. Dan pada waktu yang lalu ada satu film yang sudah membuktikan bahwasanya jumlah pengikut tidak terlalu mempengaruhi jumlah penonton. Mungkin gimmick seperti ini perlu dikaji ulang. Masih banyak penikmat film yang berharap pada kualitas tentunya.Â