Bulan lalu aku melakukan beberapa wawancara kerja, dan tentu saja aku berharap banyak untuk diterima. Rasanya tiap aku melakukan wawancara kerja aku selalu berekspektasi perihal pekerjaannya. Dalam bayangan kepalaku yang berat ini aku nanti akan melakukan ini, melakukan itu, bertemu teman baru, dan pengalaman baru.Â
Nyatanya tidak semudah itu apalagi semulus itu. Kalau didefinisikan antara pengangguran atau pencari kerja aku tidak bisa memilih antara keduanya. Pelik memang menjadi orang seperti itu. Hari ini tepatnya sebelum maghrib berkumandang. Aku bertanya terkait perihal wawancara ku kemarin. Aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama dengan sebelumnya yaitu menunggu dengan risau.Â
Akhirnya aku mendapatkan jawaban yang pasti membuat gundah. Ternyata aku belum lolos kerja. Padahal aku sudah mempersiapkan diri ya walaupun secara optimal karena, memang pekerjaan yang aku lamar belum pernah aku lalui.Â
Perasaan yang aku rasakan saat ini sedikit membingungkan antara lega karena sudah mendapat kabar dan rasa kecewa yang amat sangat dalam. Berharap itu menyenangkan dalam satu sisi saja. Disisi lain harapan bisa menjadi luka batin yang mendalam.Â
Mencoba untuk menyemangati diri apalagi mengasihani diri. Memang yang aku perlukan adalah waktu untuk mencerna ini semuanya. Mencoba mencari makna akan hal ini semua. Dan jika kata adalah doa aku berdoa semoga apa yang sedang aku usahakan, aku harapkan bisa dimudahkan dan bisa dipertemukan dengan pekerjaan yang baik.Â
Dan kalau kalian adakah yang memiliki pengalaman serupa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H