Mohon tunggu...
Si Penonton Layar
Si Penonton Layar Mohon Tunggu... Apoteker - Penikmat Film/Pembaca buku/Penikmat hal-hal unik

Berbagi sudut pandang tentang film dari sisi penonton, dan berbagi banyak hal yang perlu diulas

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Selera Musikku Terbentuk dari Algoritma

23 Agustus 2022   20:16 Diperbarui: 24 Agustus 2022   16:14 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Blantika permusikan Indonesia sejak dari dulu memang berwarna. Indonesia memiliki banyak genre musik dan ragam penggemarnya. 

Mungkin sudah tipikal masyarakat indonesia memiliki musik kesukaannya dan fanatik terhadap itu. Cukup jarang melihat anak muda yang mengkultuskan diri ke dua jenis musik. 

Aku sendiri tidak pernah mengkultuskan diri pada aliran musik manapun karena tidak pernah hanyut pada alunan lagu-lagu. Pada awal 90an dan 2000an lagu-lagu cinta dari Dewa ataupun Padi sangat digandrungi masyarakat Indonesia. Aku pribadi tidak masuk ke skena musik itu. Karena tema lagu yang dibawakan terlalu dewasa untuk anak kecil. Tau apa anak kecil tentang cinta ataupun patah hati. 

Beranjak dewasa melewati masa puber pun tidak pernah lagi mengkultuskan lagu-lagu dari Indonesia. Bahkan tidak ada satu lagu yang aku hafal liriknya dimasa-masa puber ku. Padahal teman-teman ku sering bersenandung lagu-lagu yang hits masa itu. Mungkin aku tidak tahu caranya menikmati sebuah lagu. 

Barulah pada masa kuliah aku mulai mengenal lagu-lagu yang membuat bulu kuduk ku menari-nari. mungkin persoalan hidup dan pengalaman kehidupan sudah banyak. 

Masa kuliah ku mulai bermunculan lagu-lagu non label atau saat ini disebut indie. Sebenarnya lagu band atau penyanyi indie ini bukanlah sebuah aliran musik. mereka seniman utuh tanpa dinaungi label dan ya mereka membentuk pasar mereka sendiri. 

Aku ingat pertama kali mendengar lagu dari Payung Teduh di gunung merbabu saat pendakian. Teman pendakian ku membawa speaker bluetooth yang digantung pada tasnya selama pendakian lagu-lagunya diputar aku belum menikmatinya. 

Namun lama kelamaan entah karena suasana dan lagunya senada aku mulai menikmatinya. Teman ku mulai merekomendasikan lagu-lagu indie di platforma soundcloud yang tentu pada masa itu spotify belum terlalu dijadikan platform pemutar musik. 

Dari platform inilah aku mulai mengenal lagu-lagu yang liriknya penuh makna. Sebut saja lagu dari Banda Neira, Navicula, SemakBelukar, Danilla, Amigdala,Silampukau, BangkuTaman, Upstair dan masih banyak lagi lainnya.

Dari situ aku belum mulai mengkultuskan diri kalau aku pecinta lagu indie  dan kemudian masuk masa pengerjaan skripsi atau tugas akhir, aku yang dikamar kos mulai jenuh dengan keadaan dan masa depan mulai memutar lagu-lagu yang ada di youtube. Ya asal putar saja tidak memilah ataupun memilih. 

Lagu-lagu yang terputar mulai bernyanyi otomatis dan beberapa mulai menjadi kesukaan. Entah setiap aku putar ada saja lagu yang direkomendasikan dari youtube salah satu atau keduanya adalah Efek rumah kaca dan Barasuara. Mungkin kedua band ini sudah banyak digemari dan banyak dikenal masyarakat saat ini namun bagi ku yang awam tentang permusikan aku antipati pada mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun