Mohon tunggu...
Muhammad Nabhan Fajruddin
Muhammad Nabhan Fajruddin Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang Ilmu

Mahasiswa di UIN Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Keluhku Pada-Mu

10 Juni 2024   00:19 Diperbarui: 10 Juni 2024   01:16 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Segala ciptaanMu sungguh membuat aku bertanya-tanya. Kenapa Engkau ciptakan rasa kasih dan sayang beriringan dengan kebencian dan kekecewaan. Apakah ini pancaran dari paradoks yang melekat padaMu, huwa al awwalu wal akhiru, wa dhohiru wal bathin, sungguh Engkau membingungkan, Tuhan. Cinta yang Kau bangun megah dalam hati sirna ketika kebencian hadir meluluh lantakkan kemegahan cinta. Apakah ini maksudMu agar seorang hamba tidak larut dengan keindahan cinta dan tidak selalu murung dengan kekecewaan dan kebencian?

Iya aku tahu, waa maa alhayatad addunnya illa lahwun wa la'ibun, sendau gurau yang Kau ciptakan menjadikan aku untuk selalu merenung dan memikirkan rasa yang Engkau ciptakan. Setiap kebahagiaan yang Engkau hadirkan padaku, pasti setelah itu Engkau hadirkan bencana. Terkadang dalam setiap kebahagiaan yang kualami, pasti ada saja kesedihan yang hadir tidak terduga. Tuhan, sendau gurauMu merangsang hambaMu ini untuk merenung dari apa yang telahku alami.

Pada akhirnya, Engkau Yang Maha Mengetahui. Konsep yang Kau tulis di kitab suci cukup memberikan informasi, wa 'asa antakrohu syai'an wa huwa khoirul lakum, wa 'asa antuhibbu syai'an wa hua syarrul lakum. Hamba hanya bisa berusaha sampai pada menjaga titik kestabilan menerima segala rasa yang Kau berikan, Tuhan. Terkdang merasa mencintai dan dicintai, terkadang merasa membenci dan dibenci. Mengalami kebahagiaan yang penuh dengan suka cita, tapi juga mengalami kekecewaan dan kesedihan yang penuh duka cita.

Yaa!, sekarang aku mengerti Kau Maha Segalanya, Tuhan. Hamba hanya bisa memandangMu dari bawah sini dengan teropong pikiran dan hati. Maafkan hamba, yang selalu lalai dengan kebesaranMu yang Kau kirim melalui peristiwa yang menghasilkan rasa sedih dan bahagia. Pada akhirnya sampai pada pemahaman bahwa hidup serba tak terduga. Sekarang Kau bangun megah rasa cinta dan kebahagiaan, sepersekian detik kemudian Kau hadirkan kebencian dan kekecewaan. Doaku yang selalu kuminta padaMu  untuk mengarungi samudra kehidupan ini. "Kekasih, yaa muqollib al qulub tsabit qulubana 'ala diinik, tho'atik, khoir, wa mahabbati rosullik."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun