Mohon tunggu...
Muhammad Nabhan Fajruddin
Muhammad Nabhan Fajruddin Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang Ilmu

Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dosa Sosiologi Pendidikan Indonesia

31 Juli 2023   22:21 Diperbarui: 31 Juli 2023   22:27 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan akses kemudahan menuju popularitas dan kondisi sosiologis mendukung, menjadikan pelajar lebih memilih jalan pintas untuk mencapai cita-citanya, yakni popularitas dan uang. 

Fenomena sosiologis ini memberikan kesan bahwa kuliah atau pendidikan menjadi suatu formalitas agar mendapatkan gelar dan agar tidak dimarahi orang tua. Oleh karena itu, banyaknya praktik joki tugas yang menjamur di berbagai instansi pendidikan sebagai alternatif bagi mereka yang memiliki pandangan “yang penting lulus”.

Sesungguhnya banyak faktor untuk menuju pendidikan berkualitas di suatu negara. Tapi selama ini kebanyakan kritik tertuju pada hal teknis seperti kurikulum pendidikan dan kebijakan pemerintah terkait pendidikan saja. 

Faktor sosiologis yang merupakan suatu hal yang melekat pada masyarakat terkadang terlupakan. Dua fenomena sosiologis di atas menjadi suatu permasalahan yang terjadi dalam ranah sosiologi pendidikan Indonesia hari ini. 

Buruknya IQ dan sopan santun penduduk Indonesia tidak lepas dari kondisi sosiologi pendidikan yang terjadi demikian memprihatinkan. Praktik joki tugas dan orientasi output yang keliru, merupakan dosa sosiologis terhadap keberlangsungan pendidikan Indonesia. 

Faktor sosiologis yang demikian berdampak pada kesadaran pelajar terhadap pentingnya pendidikan menjadi hilang. Akibatnya kualitas cara berpikir, wawasan, dan sopan santun menjadi buruk. Tidak heran, jika penduduk Indonesia hanya memiliki IQ 78,49 dan menjadi penduduk tidak sopan dalam interaksi media sosial se-Asia Tenggara.

Permasalahan pendidikan ini menjadi suatu yang perlu diselesaikan oleh berbagai pihak. Pemerintah selaku stakeholder harus merumuskan formula dan membangun kerja sama dengan berbagai elemen masyarakat dalam menyelesaikan masalah ini. 

Para akademisi, praktisi, budayawan, konten kreator, dan lain sebagainya harus berupaya untuk bersama-sama memberikan kesadaran kepada pelajar mengenai pentingnya belajar sepanjang hidup. 

Belajar dari mana saja, dengan siapa saja, dan di waktu kapan saja, asal memiliki kemauan pasti akan terlepas dari belenggu kebodohan dan buruknya sopan santun. 

Fenomena kemudahan akses informasi memberikan manfaat bagi siapa saja yang memiliki kesadaran dan kemauan untuk belajar tentang apa pun. Dengan penanaman kesadaran pentingnya pendidikan yang masif ini diharapkan bisa memperbaiki kondisi pendidikan Indonesia yang memprihatinkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun