Mohon tunggu...
Muhammad Nabhan Fajruddin
Muhammad Nabhan Fajruddin Mohon Tunggu... Lainnya - Petualang Ilmu

Akademisi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Falsafah Jawa "Ojo Kagetan, Ojo Gumunan, lan Ojo Dumeh"

5 Juli 2023   15:39 Diperbarui: 5 Juli 2023   15:41 7256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://artikula.id/rizal/islam-pada-masa-awal-penjajahan-belanda/

Globalisasi yang semakin masif diiringi dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih, membuat nilai dan budaya Jawa semakin terkikis, termasuk falsafah Jawa. Budaya globalisasi dan kemajuan teknologi ini menyebabkan banyak orang yang mudah terkejut dan mudah takjub. Salah satunya adalah munculnya Artificial Intellegence (AI) yang dapat mengerjakan dan menjawab apa saja sesuai dengan keinginan sang pembuat. Dengan penemuan Artificial Intellegence (AI) dan berbagai kemajuan yang lain juga membuat manusia merasa superior dan merasa sombong dengan pencapaiannya. Dengan adanya fenomena ini diperlukan nilai, prinsip, dan falsafah yang menjadi antitesis dari peristiwa yang terjadi.

Sesungguhnya banyak falsafah Jawa yang memiliki pesan mendalam terhadap kehidupan, tetapi sudah mulai dilupakan orang modern. Termasuk di antaranya adalah nilai falsafah Jawa "ojo kagetan, ojo gumunan, lan ojo dumeh" dalam bahasa Indonesia bermakna "jangan mudah terkejut, jangan mudah takjub, dan jangan sombong". Falsafah tersebut menjadi suatu bekal manusia dalam mengarungi kehidupan di dunia, yang mengharuskan menjalin hubungan sosial dan menghadapi masalah kehidupan. Termasuk menjadi antitesis dari fenomena sosial yang terjadi dengan munculnya Artificial Intellegence (AI), belakangan ini.

Ojo kegetan (jangan mudah terkejut), adalah falsafah Jawa yang memberikan peringatan kepada manusia. Bahwa segala yang terjadi di kehidupan sudah digariskan oleh Tuhan, termasuk segala hal baru yang membuat manusia senang dan sedih. Ojo kagetan adalah termasuk wujud seorang hamba yang tawakal dengan Sang Maha Pencipta. Falsafah ojo kagetan memberikan pelajaran tentang sikap yang sepantasnya dalam mendapatkan suatu kesenangan maupun kesedihan. pada intinya, ojo kagetan mengajarkan mengenai penerimaan dan sikap positif terhadap ketentuan dan takdir Tuhan.

Ojo gumunan (jangan mudah takjub), memberikan pelajaran kepada manusia bahwa jangan mudah terobsesi dengan sesuatu. Sesungguhnya obsesi membuat pikiran manusia terkungkung dengan suatu hal tertentu. Akibatnya, mudah menganggap sesuatu yang berbeda dengan persepsinya adalah hal yang salah dan keliru. Hal tersebut membuat kesempitan berpikir yang menghambat manusia untuk berkembang dengan segala dinamika di alam raya. Oleh karenanya, ojo gumunan adalah sebuah ajaran untuk menyikapi peristiwa hidup dengan bijak, arif, jauh dari prasangka, mengambil sikap yang wajar sesuai dengan proporsinya, dan tidak berlebihan.

Ojo dumeh (jangan sombong), memberikan pelajaran pada manusia bahwa rasa sombong hanya kenikmatan semu. Merasa di atas angin membuat manusia mudah terhempas hingga ke dasar. Di atas langit masih ada langit adalah metafora yang tepat untuk mendeskripsikan falsafah Jawa ojo dumeh. Pada intinya, Ojo dumeh mengajarkan bahwa menjadi manusia yang rendah hati dan menghargai sesama. Sesungguhnya, masing-masing manusia memiliki kelebihan yang berbeda, fa li kulli syaiin maziyah. 

Falsafah Jawa "ojo kagetan, ojo gumunan, lan ojo dumeh" adalah bagian untuk menuju falsafah Jawa yang lain yakni, "Urip iku kudu Iling lan Waspodo". Pujangga Ronggowarsito memaknai hidup itu harus iling (ingat) yang dimakani selalu ingat Tuhan, dan waspodo artinya berhati-hati dengan segala sesuatu yang membuat manusia lena terhadap tujuan hidup, yakni mendapat ridho Tuhan. Falsafah "ojo kagetan, ojo gumunan, lan ojo dumeh" merupakan wujud kewaspadaan (waspodo) manusia dalam menghadapi dinamika kehidupan yang serba kompleks. Artinya, falsafah Jawa tersebut merupakan suatu prinsip dan nilai hidup yang tepat untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin maju dan kompleks.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun