Mohon tunggu...
Nabella Azzara
Nabella Azzara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Aktif Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dari Sentuhan ke Kesembuhan: Peran Massage dalam terapi Manual dan Komunikasi Terapeutik Fisioterapi

6 Januari 2025   21:29 Diperbarui: 7 Januari 2025   07:53 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Terapi manual terutama melalui teknik pijat atau massage, telah lama diakui sebagai salah satu metode yang efektif dalam proses penyembuhan fisik maupun psikologis. Sentuhan manusia memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan dan mempercepat proses pemulihan. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan, pijat sekarang dipandang tidak hanya sebagai cara untuk relaksasi tetapi juga sebagai bagian penting dari terapi medis dan rehabilitasi.

Massage adalah salah satu bentuk terapi manual yang melibatkan teknik-teknik tertentu untuk memberikan tekanan atau manipulasi pada otot dan jaringan tubuh. Terapi manual dengan massage melibatkan berbagai teknik, seperti pemijatan ringan, tekanan dalam, dan gerakan melingkar, yang semuanya disesuaikan dengan kondisi pasien. Tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan meredakan rasa sakit. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa massage dapat membantu mengatasi masalah muskuloskeletal seperti nyeri punggung, leher kaku, dan cedera olahraga. Selain itu, massage juga dapat memberikan manfaat untuk kondisi medis lainnya, seperti stres, kecemasan, dan gangguan tidur.

Teknik massage yang umum digunakan dalam terapi manual meliputi swedish massage, deep tissue massage, shiatsu massage, dan aromatherapy massage. Setiap teknik memiliki pendekatan yang berbeda, tetapi semuanya berfokus pada manipulasi fisik tubuh untuk meningkatkan aliran darah, memperbaiki fleksibilitas, dan mengurangi ketegangan otot. Pada tingkat fisiologis, massage dapat mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, yang berfungsi untuk merelaksasi tubuh dan meredakan efek stres.

Selain teknik fisik yang diterapkan dalam massage, komunikasi terapeutik memainkan peran penting dalam proses penyembuhan. Komunikasi terapeutik adalah jenis interaksi antara terapis dan pasien yang bertujuan untuk membangun kepercayaan, pemahaman, dan penghargaan. Komunikasi terapeutik juga memungkinkan terjalinnya hubungan baik antara terapis dan pasien, yang dapat meningkatkan efektivitas proses penyembuhan. Ini sangat penting karena faktor psikologis seperti kecemasan, tekanan mental, dan harapan terhadap kesembuhan dapat mempengaruhi efektivitas terapi manual. Salah satu aspek penting dalam komunikasi terapeutik adalah mendengarkan dengan penuh perhatian (active listening). Saat terapis mendengarkan keluhan atau kekhawatiran pasien, ini tidak hanya menunjukkan perhatian, tetapi juga membantu terapis lebih memahami kondisi fisik dan emosional pasien. Sebagai contoh, pasien dengan nyeri kronis mungkin mengalami tekanan emosional yang memengaruhi persepsi terhadap rasa sakit. Dengan membangun komunikasi yang terbuka, terapis dapat memberikan dukungan emosional yang signifikan, yang pada gilirannya dapat mendukung proses penyembuhan fisik secara tidak langsung.

Selain itu, keterampilan komunikasi terapeutik memungkinkan terapis untuk mengelola harapan pasien terhadap hasil terapi. Dengan menjelaskan tujuan terapi, teknik yang diterapkan, dan manfaat dari pijatan yang diberikan, pasien akan merasa lebih terlibat dan percaya pada proses penyembuhan. Dengan demikian, pasien dapat berpartisipasi aktif dalam terapi, meningkatkan efektivitas, dan mendukung keberhasilan terapi tersebut.

Meskipun komunikasi terapeutik sangat penting dalam sesi fisioterapi, ada beberapa tantangan yang bisa muncul, seperti pasien yang mungkin merasa cemas atau tidak nyaman dengan sentuhan fisik, terutama pada sesi awal. Oleh karena itu, terapis perlu memberikan penjelasan yang jelas dan mendengarkan keluhan pasien dengan empati. Terapis juga harus peka terhadap latar belakang budaya pasien, terutama terkait dengan sentuhan fisik. Menghormati norma budaya pasien sangat penting untuk menciptakan kenyamanan selama terapi. Selain itu, terapis harus dapat menyesuaikan cara berkomunikasi, baik melalui bahasa tubuh, visual, atau teknologi lain untuk memastikan pasien memahami instruksi dan merasa diperhatikan.

Simpulan

Massage telah terbukti efektif dalam berbagai kondisi kesehatan medis. Beberapa di antaranya dapat meredakan nyeri otot pada pasien mengalami cedera atau ketegangan otot. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa massage dapat meningkatkan produksi endorfin, yaitu senyawa kimia alami tubuh yang berfungsi sebagai pereda nyeri (Lee, 2013). Massage aromaterapi dapat membantu meredakan gejala-gejala tersebut dengan merangsang sistem saraf parasimpatis, yang membantu tubuh kembali ke keadaan tenang. Kemudian massage deep tissue dan teknik terapi fisik lainnya sangat bermanfaat dalam rehabilitasi cedera serta dapat mempercepat pemulihan jaringan yang rusak dengan meningkatkan aliran darah dan memperbaiki fleksibilitas otot yang tegang. Teknik massage relaksasi dapat merangsang produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur, sehingga membantu klien tidur lebih nyenyak. Teknik pijat perut atau refleksiologi dapat membantu merangsang organ pencernaan dan meningkatkan proses metabolisme tubuh, yang bermanfaat bagi pasien yang memiliki masalah pencernaan seperti sembelit atau gangguan pencernaan lainnya.

Keberhasilan massage dalam terapi manual tidak hanya terletak pada teknik yang digunakan, tetapi juga pada kemampuan terapis untuk membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasien. Sentuhan fisik yang diberikan selama terapi massage dapat meningkatkan kepercayaan diri klien terhadap proses penyembuhan, sementara komunikasi terapeutik membantu mengatasi hambatan psikologis yang mungkin timbul selama terapi. Selain itu, komunikasi yang baik memungkinkan terapis untuk menyesuaikan teknik massage dengan kebutuhan spesifik pasien. Seperti halnya jika pasien merasa terlalu cemas atau stres, terapis dapat menyesuaikan teknik pijat dengan lebih lembut dan mengutamakan relaksasi. Jika pasien mengalami nyeri otot kronis, teknik massage yang lebih dalam dan fokus pada titik-titik pemicu (trigger points) akan lebih efektif. Oleh karena itu, integrasi antara sentuhan dan komunikasi terapeutik menjadi kunci untuk mencapai hasil penyembuhan yang optimal. Dengan menggabungkan kedua aspek massage dalam terapi manual dan komunikasi terapeutik, terapis dapat menciptakan lingkungan yang mendukung dan mendalam bagi pasien, yang pada akhirnya akan menghasilkan penyembuhan yang lebih optimal.

Referensi

Lee, J. H., Choi, T. Y., Lee, M. S., Lee, H., & Shin, B. C. (2013). Effects of massage on pain and anxiety in cancer patients: A systematic review. Journal of Clinical Oncology. 31(5) : 1325-1331.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun