Dalam memasuki tahap kehidupan sebagai anak kos untuk pertama kalinya, kita sering kali diwarnai dengan berbagai tantangan. Mulai dari kesibukan akademis hingga kerinduan akan rumah. Di tengah kesibukan itu, makanan menjadi salah satu penghubung emosional yang kuat. Makanan bukan hanya sekedar kebutuhan fisik, tetapi juga memiliki makna yang dalam, terutama bagi mereka yang merindukan rumah dan keluarga.
Makanan sering kali menjadi jembatan yang menghubungkan kenangan indah masa kecil dan momen-momen berharga bersama keluarga. Kehangatan masakan ibu melekat pada makanan yang biasanya kita santap untuk sarapan, membuat diri kita kerap merasakan kerinduan. Saat anak kos merindukan rumah, mereka cenderung mencari kenyamanan dalam makanan dan memilih untuk memasak hidangan yang familiar. Makanan yang dimasak pun menggunakan bahan-bahan sederhana dan seadanya, yang sekiranya bisa mengobati rasa rindu tersebut.
Saya Nabella Azzara, mahasiswa Universitas Airlangga, tentunya, sebagai anak kos, saya merasa memasak bukan hanya tentang menciptakan makanan, tetapi juga tentang menciptakan pengalaman. Terkadang saya juga suka menciptakan resep sendiri, dan dipadukan dengan resep masakan ibu saya yang telah saya catat. Menerka dan menghasilkan bumbu dengan konsentrasi yang pas, merupakan suatu pengalaman yang unik bagi saya. Dari mulai keasinan, terlalu banyak air dan bahan yang tumis hangus, seringkali terjadi. Tak jarang pula untuk terkena cipratan minyak dan tergores oleh pisau.
Resep Sederhana dan Cerita di Balik Kenangan
Menghadirkan resep-resep sederhana yang bisa dibuat di kos, seperti nasi goreng atau sayur bening, dapat menghidupkan kembali kenangan indah saat berkumpul dengan keluarga. Misalnya, cukup sering kita jumpai saat ingin berangkat sekolah, nasi goreng disajikan untuk sarapan. Ditambah dengan telur mata sapi diatasnya, menjadikannya ciri khas resep andalan ibu di pagi yang akan menyambut itu. Tentu, setiap rumah akan memiliki ciri khas rasa dari nasi goreng atau sayur bening itu sendiri dan membuatnya menjadi kenangan yang kita rindukan ketika sudah beranjak menjadi anak kos.
Dalam kesederhanaan memasak, anak kos menemukan kekuatan dan kemandirian yang membentuk karakter mereka di tengah tantangan hidup mandiri. "Makan apa ya hari ini?", 5 kata yang selalu muncul ketika jam makan telah tiba. Kita dituntut untuk siap dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, menjadikan sikap bertanggung jawab kita terasah dengan sendirinya. Tak hanya itu, pemasukan dan pengeluaran kita juga harus diperhatikan dalam membeli bahan makanan, dimana hal ini kita dapat membentuk sikap bijak mengatur keuangan.
Selain itu, memasak bersama teman sekos tidak hanya mengurangi rasa kesepian, tetapi juga menciptakan ikatan persahabatan yang lebih kuat melalui pengalaman berbagi. momen berbagi makanan dengan teman sekos bisa menjadi perayaan kecil yang membawa kebahagiaan dan mengurangi tekanan hidup sebagai mahasiswa. Ketika terdapat hari perayaan yang istimewa seperti ulang tahun atau semacamnya kita bisa mengajak mereka untuk pergi bersama. Sekedar untuk pergi makan malam bersama-sama di akhir pekan pun dapat mengobati rasa rindu akan kebersamaan dengan keluarga.Â
Seringkali pula di dapur kita bertemu dengan teman kamar kos lainnya dan bersama-sama memasak sambil mengobrol. Sebagai manusia, yang merupakan makhluk sosial, tentuya kita membutuhkan interaksi dengan orang lain. Dengan ini mengobrol atau sekedar berbagi pengalaman untuk masuk universitas bersama teman sekos dapat kita lakukan untuk mengurangi sebatas rasa rindu akan berbagi cerita dengan orang tua. Ada kalanya, kita juga bisa memasak bersama-sama untuk makan malam misalnya, dan menikmatinya sambil berbagi cerita kenangan, suka duka kos di minggu-minggu pertama dan resep andalan dikala akhir bulan.
Makanan sebagai Terapi Emosional
 Memasak dan menikmati makanan dapat berfungsi sebagai terapi emosional bagi anak kos, membantu mereka menghadapi kesepian dan stres dengan lebih baik. Bercengkrama dengan teman sekos dan membuat makanan bersama juga dapat dilakukan untuk terapi emosinal kita. Sesekali pergi main keluar juga diperlukan, agar emosi kita tetap berada dalam keadaan stabil dan mengganti suasana mood kita.