Dewasa ini tak heran rasanya melihat banyak anak-anak yang berprestasi dalam akademik. Mengingat masa lalu, pendidikan nasional di Indonesia ini sungguhlah menyayat hati. Banyak ketidakadilan, ketimpangan dan kesukaran yang dirasakan oleh anak-anak yang membutuhkan pendidikan, khususnya di zaman sebelum adanya deklarasi kemerdekaan RI. Lega rasanya, pendidikan nasional saat ini benar-benar menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal ini berkat para pahlawan pendidikan seperti Ki Hadjar Dewantara, R.A. Kartini dan Budi Utomo yang dengan lantang memperjuangkan nasib baik perjalanan pendidikan nasional sehingga di masa ini kita berkesempatan mendapatkan pendidikan yang layak dan adil.
Berbicara tentang pendidikan di zaman Kolonial Belanda, sejarah mencatat tidak ada kemerdekaan untuk rakyat Indonesia. Dimana pada masa itu, pendidikan hanya diperuntukkan kepada kalangan tertentu yaitu mereka yang berasal dari kaum elit, bangsawan dan penjajah saja. Sementara rakyat biasa hanya bisa gigit jari mendambakan pendidikan yang layak. Pada tahun 1854 buktinya, bupati menginisiasi pendirian sekolah kabupaten tetapi hanya untuk calon pegawai saja . Masih ditahun yang sama, didirikan sekolah Bumiputra yang hanya memiliki 3 kelas, rakyat pun hanya diajari membaca, menulis, dan menghitung seperlunya. Walaupun untuk kepentingan rakyat, 3 kelas saja tentu bukanlah jumlah yang cukup untuk menampung seluruh anak yang membutuhkan pendidikan.
Gerakan transformasi yang diperjuangkan pahlawan pendidikan memberi angin segar pada nasib anak negri untuk memperoleh pendidikan yang layak dan adil. Pada tahun 1920 lahir cita-cita baru untuk merubah radikal dalam pembelajaran dan pengajaran. Di dua tahun berikutnya, dengan dipelopori oleh Ki Hadjar Dewantara, berdirilah Taman Siswa Yogyakarta yang membuka lembaran baru bagi pendidikan nasional. Tak terlewat pula, perjuangan R.A. Kartini yang menyuarakan emansipasi wanita dan kesetaraan gender dalam kehidupan bermasyarakat dan berpendidikan. Di beberapa daerah seperti Jawa, Sumatera, Borneo, Sulawesi, Sunda Kecil dan Maluku juga mulai muncul sekolah dan universitas yang memperbolehkan seluruh kalangan untuk bersekolah. Demikian poin pentingnya ialah kita patutlah mengapresiasi perjuangan para pahlawan pendidikan yang membawa kita pada pendidikan yang merdeka seperti sekarang ini.
Setelah memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dari perjalanan pendidikan nasional di Indonesia, saya ucapkan berjuta terimakasih atas perjuangan para pahlawan pendidikan, berkat mereka saya menjadi salah satu anak beruntung yang bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Selain itu, saya juga mendapatkan beberapa pemahaman istilah yang baru saya ketahui maknanya seperti 'pendidikan merdeka' dan 'pendidikan sesuai kodrat alam dan zaman anak'.
Untuk itu, saya sebagai seseorang yang sedang memperjuangkan impian untuk menjadi guru profesional merasa bersemangat untuk belajar dengan giat mempersiapkan dan memantaskan diri. Agar kedepannya, saya mampu untuk mengatasi 'belenggu' yang ada. Pemahaman yang saya dapatkan ini akan saya praktikkan di kelas dan sekolah saya nantinya, dengan cara menguasai 4 kompetensi utama guru, memberikan contoh yang baik kepada peserta didik, tidak hanya mengajar namun juga mendidik anak, menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, dan membantu membentuk profil pelajar Pancasila.
Penulis: Nawangsih
#PPGPrajabatan
#RumpunBahasa
#FilosofiPendidikanIndonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H