Saya termasuk salah satu yang mengagumi dan menyukai sejarah, terlebih dengan arsitektur bangunan dan cerita usang yang terdapat didalamnya. Ketika sedang meelakukan survey tentang kota Batavia untuk materi buku, saya pun penasaran dengan gedung Societeit Harmonie yang terdapat di daerah Rijswijk, Batavia. Sejarah mencatat bahwa gedung Societeit Harmonie di Batavia merupakan gedung perkumpulan sosialita Eropa di daerah Asia yang tertua sebelum akhirnya dirobohkan pada tahun 1985 untuk perluasan jalan.
Pembangunan gedung perkumpulan elite di Batavia ini dirintis oleh Gubernur jenderal Belanda H.W Daendels dan kemudian diteruskan oleh Thomas Stamford Raffles. Gedung berkapasitas 2000 orang ini merupakan gedung yang kokoh dan termewah di Batavia, terdapat ruangan luas dengan lantai dari marmer terbaik dan tiang tiang yang tinggi juga indah, lampu kristal mewah, cermin dinding yang tinggi juga patung patung dari perunggu. Di dalamnya juga terdapat ruang baca dan ruang billiar. Societeit Harmonie diresmikan oleh Raffles pada 18 januari 1815, tanggal ini dipilih karena bertepatan dengan hari ulang tahun Ratu Charlotte dari Inggris.
[caption id="attachment_333457" align="aligncenter" width="589" caption="sumber KILTV"][/caption]
[caption id="attachment_333459" align="aligncenter" width="300" caption="sumber KILTV"]
Gedung yang mendapat julukan "Rumah Bola" oleh penduduk pribumi ini dengan cepat menjadi tempat pertemuan, berkumpul, berbincang sambil menikmati secangkir teh, minum alkohol, main kartu, main billiar dan pesta para sosialita Eropa di Batavia. Â Sociteit Harmonie sangat populer di Batavia pada saat itu karena hanya orang-orang eropa dari kelas atas, pejabat, pengusaha dan priyayi yang boleh menjadi anggota perkumpulan kelab eksekutif ini.
Para wanita datang dengan gaun terindah yang mereka miliki berhiaskan batu giok merah dengan rambut yang dihias batu mulia untuk menarik perhatian sementara para lelaki datang mengenakan setelan berbahan beludru hitam dengan kerah tinggi dan rambut rapih disisir ke belakang. Semua terlihat cantik dan tampan. Pesta dansa biasanya dimulai jam 9 malam dengan souper (acara makan tengah malam yang membaurkan para petinggi Belanda dan Inggris) di pertengahan acara hingga larut malam. Gedung ini juga terkenal sebagai tempat untuk adu gengsi pakaian mahal dan kemewahan yang mereka miliki.
Banyak catatan sejarah yang mengungkapkan tentang kemegahan dan kemewahan gedung ini seperti yang pernah dituliskan seorang pengusaha Belanda, Justus Van Maurik yang kaget ketika menerima undangan untuk menghadiri pesta dansa Gubernur Jenderal Van Der Wijck yang digelar Minggu, 2 agustus 1989 jam 9 malam di Societeit Harmonie. Justus merasa tersanjung karena hanya orang orang tertentu yang dapat di undang ke pesta dansa.
[caption id="attachment_333463" align="aligncenter" width="300" caption="sumber KILTV"]
Ada juga catatan dari seorang perwira Belanda, WA Rees, yang diundang ke Societeit Harmonie untuk perayaan ulang tahun Ratu Belanda di tahun 1940. Beliau mengungkapkan kemegahan gedung dan kemeriahan pesta yang berlangsung dalam tulisannya: Herineringen Van Een Indisch Officier. Rees mengungkapkan bagian depan gedung dihiasi lentera lentera dari China. Tiga dari empat ruangan yang saling berhubungan hanya dipisahkan oleh tiang tiang dan lengkungan sehingga membentuk sebuah ruang pesta raksasa. Para tamu dimalam itu membawa perempuan pendamping ke ruang dansa yang kedua, ratusan perempuan cantik sengaja didudukkan di tiga baris kursi yang diletakkan memanjang didepan dinding dinding berhias, semua tampak bersinar dan mempesona.
[caption id="attachment_333460" align="aligncenter" width="300" caption="sumber KILTV"]
selepas kemerdekaan Indonesia, gedung ini pun semakin meredup. Sempat digunakan sebagai kantor pariwisata hingga kemudian di tahun 70 an beralih fungsi menjadi kantor gabungan importir nasional Indonesia daan pada tahun 1985 tibalah masa akhir Societeit Harmonie berdiri, ayunan godam dan martil perlahan tapi pasti menghajarnya hingga luluh lantaklah saksi bisu sejarah tentang kehadiran para sosialita Eropa di Batavia demi perluasan Jalan Majapahit dan sebagian untuk halaman Kantor Sekretariat Negara. Entahlah, hati saya terluka ketika mengetahui bahwa gedung ini hanya menjadi catatan sejarah dalam aksara tanpa bentuk fisik. Pertanyaan saya adalah: "kenapa tidak dilestarikan sih? kenapa harus mengambil lahan untuk jalan di tengah gedung ini?" sudahlah mungkin ada berbagai pertimbangan pemerintah pada saat itu untuk membongkarnya, tapi jika boleh memilih dan bersuara saya tidak rela ketika gedung gedung tua peninggalan Belanda di Batavia yang begitu indah dihancurkan demi modernisasi.