Ilmu pendidikan terus berkembang seiring dengan berkembangnua ilmu pengetahuan. Sistem pendidikan diharuskan untuk melakukan berbagai perubahan sesuai dengan perkembangan yang terjadi dengan terarah dan berkelanjutan sehingga harapannya dapat terjadi pemerataan pendidikan, peningakatan mutu dan relevansi pendidikan yang mampu menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan-tantangan dalam skala nasional maupun global. Dalam ilmu pendidikan, kurikulum merupakan hal yang paling penting dan harus terus dikembangkan mengikuti perkembangan yang terjadi.
      Pembaharuan kurikulum yang terjadi didasarkan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tuntutan dan tantangan yang terus berkembang seiring dengan adanya perkembangan zaman. Kurikulum yang saat ini berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Merdeka. Kurikulum merdeka merupakan kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik. Pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan proyek penguatan Profil Pelajar Pancasila.
      Profil Pelajar Pancasila adalah aktualisasi pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai luhur Pancasila. Salah satu urgensi mengapa perlu adanya implementasi profil pelajar pancasila adalah karena karakter yang sekarang sudah mulai memudar dan jarang  mengamalkan  nilai-nilai  pancasila.  Peran guru sebagai garda terdepan dan selaku ujung tombak pelaksana pembelajaran memilki andil yang besar dalam membimbing serta menuntun peseta didik dalam penguatan profil pelajar pancasila. Guru perlu memberikan contoh yang baik kepada peserta didiknya agar tiap peserta didik mempunya role model  yang baik untuk ditiru serta dapat menanamkan kepribadian yang baik untuk setiap peserta didik. Enam elemen penting dalam Profil Pelajar Pancasila adalah beriman  bertakwa  kepada  Tuhan  YME  dan  berakhlak  mulia, berkebinekaan  global,  bergotong  royong,  mandiri,  bernalar  kritis,  dan  kreatif.
      Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia mengacu pada pelajar Indonesia yang mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai sehingga karakter positif dapat berkembang dan juga tumbuhnya budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global meliputi akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam dan akhlak bernegara. Berkebhinekaan global mengacu pada pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global yaitu mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.
Mandiri mengacu pada pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen Bergotong royong mengacu pada pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen bernalar kritis mengacu pada pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya. Elemen kreatif mengacu pada Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak.
Salah satu dari keenam elemen tersebut yang sudah berhasil secara rutin terlaksana di beberapa sekolah adalah elemen bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dapat diwujudkan dengan pembiasaan tadarus atau membaca kitab suci Al-Qur'an selama 10 menit sebelum pelajaran pertama di kelas dimulai. Kegiatan tersebut cukup efektif untuk mengingatkan peserta didik untuk selalu takwa kepada Tuhan YME. Selain itu, guru juga dapat mengajak peserta didik untuk melaksanakan shalat berjamaah di mushala yang sudah tersedia di masing-masing sekolah. Sedangkan elemen berakhlak mulia dapat diwujudkan dengan pembiasaan 5S di sekolah, yaitu senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Dengan membiasakan kelima kegiatan tersebut, harapannya akan menanamkan akhlak mulia dalam diri setiap peserta didik.
Selain bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, guru juga dapat mengimplementasikan secara implisit elemen berkebhinekaan global dengan cara mengaitkan pembelajaran secara kontekstual, yaitu dengan mengaitkan salah satu budaya lokal peserta didiknya. Strategi tersebut dikenal dengan culturally responsive teaching (CRT). Dengan menerapkan hal tersebut dalam pembelajaran, peserta didik akan lebih mudah memahami materi karena budaya tersebut memang mereka sendiri mengetahuinya serta guru dapat mengenalkan juga melestarikan budaya lokal tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H