Beberapa hari yang lalu dilaksanakan Rembuk Nasional bertemakan Kedaulatan Pangan. Rembuk nasional ini dilaksanakan oleh Institut Lembang Sembilan yang selama ini dikenal sebagai lembaga pendukung utama  Pak Jusuf Kalla. Meski lebih mirip ajang kampanye calon menteri,namun kegiatan ini cukup mampu memberikan wawasan baru saya tentang dunia pangan di Indonesia. Salah satu yang menjadi isu dalam rembuk tersebut adalah bagaimana pemerintah kedepan nanti membangkitkan kembali prodiksi pangan lokal selain beras sebagai bahan makanan utama.
Memang selama ini di daerah-daerah utamanya di timur Indonesia, beras selalu diidentikkan sebagai makanan kelas satu sedangkan makanan utama lain seperti jagung, umbi-umbian dan sagu menjadi makanan kelas dua. Padahal dirunut dari sejarah, bahan pangan tersebut justru lebih cocok tumbuh dan memang digunakan sebagai pangan utama sejak nenek moyang mereka. Malahan padi sebagai bahan utama beras tidak cocok untuk ditanam di daerah tersebut.
Tentu saja distorsi sejarah pangan lokal ini dibumbui dengan berbagai kontroversi apalagi kalau mengingat pangan sebagai kebutuhan utama tentu saja memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi. Bisnis beras yang menggiurkan tentu saja dimanfaatkan oleh pemodal besar untuk menggeser pangan lokal yang bisa ditanam di halaman mereka tanpa perlu dibeli dengan harga mahal.
Maka sudah selayaknyalah kalau kita kembali menjadikan pangan lokal seperti jagung, umbi atau sagu sebagai bahan makanan utama di rumah kita. Rasa yang tidak kalah enak dan gizi yang memang dibutuhkan tubuh menjadi nilai tambah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H