Mohon tunggu...
ranny m
ranny m Mohon Tunggu... Administrasi - maroon lover

Manusia dg keberagaman minat dan harap. Menjadi penulis adalah salah satunya. Salah duanya bikin film. Salah tiganya siaran lagi. Salah empatnya? Waduh abis dong nilainya kalo salahnya banyak hehe..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saat Mimpi Tak Kunjung Teraih, Pindah atau Bertahan?

21 Mei 2021   17:13 Diperbarui: 21 Mei 2021   17:16 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Idealnya, setiap lembaga atau perusahaan pasti memiliki visi misinya dan setiap individu punya mimpinya masing-masing. Menilik dari fenomena itu, tak sedikit visi yang tak kunjung tercapai. Cukup banyak mimpi yang kunjung teraih.

Jika suatu lembaga atau perusahaan sudah terlalu lelah mengejar visinya dan terus dirundung kegagalan, maka pilihannya adalah jual atau merger dengan yang lain. Sah-sah saja bukan? Bukannya dengan begitu, visi yang selama ini diemban jadi memiliki kemungkinan untuk diwujudkan di tempat yang baru?

Demikian pula dengan individu yang telah menyerah bertahan di posisinya saat ini untuk meraih mimpinya dan selalu gagal, maka pilihannya menyerah dan mengganti mimpi baru atau pindah ke tempat lain yang bisa mewujudkan mimpi lamanya tadi.

Sebuah real story dari sosok pemain bola idola saya, Michael Owen. Puncak karirnya adalah Liverpool. Namun di 2011 ia menjuarai Liga Inggris (Premier League) bersama Manchester United (MU). Salah satu rival kuatnya Liverpool. Tak pelak hadirlah beragam komentar negatif yang tertuju padanya. Yah namanya juga pemain bola, mirip seperti artis atau politikus. Tak ada wadah yang abadi. 

Bagi saya hal itu wajar. Sebagai pemain bola profesional sejak 1996, Owen belum pernah merasakan trofi Liga Inggris. Trofi-trofi yang lain sih sudah, misalnya piala FA dan EUFA. Tapi bisa jadi trofi Premier League adalah salah satu mimpinya. Dan salah satu cara menggapainya adalah pindah ke MU. Bukan berarti berkhianat ya! Ini sih profesional aja. Kerja ya kerja.

Begitu pun mungkin dengan anda. Jika saat ini anda berada di Lembaga atau Perusahaan yang menurut anda sejalan dengan mimpi pribadi anda. Anda merasa bahwa di sini anda dapat mewujudkan mimpi anda. Namun ketika tak kunjung tercapai, lantas bagaimana?

Misalnya tiba-tiba owner berganti, manajemen berubah, rekan kerja dipindah, lalu tim anda jadi kurang solid. Jika anda bisa membangunnya sendiri sih ya silahkan saja bertahan. Tapi yang namanya organisasi kan bentukannya tim, bukan pribadi. Maka anda butuh tim yang solid, manajemen yang support, owner yang sejalan dengan anda. Jika tidak, maka opsi untuk pindah atau resign ada di tangan anda.

Pindah atau resign bukan berarti anda kalah. Hanya saja, harapan itu menipis. Untuk apa bertahan dengan kondisi yang tak menguntungkan. Mencoba lebih realistis mungkin bisa jadi pilihan. Lihat oportunity di luar sana. Seperti perusahaan yang merger, bukan berarti kalah, tapi justru bisa jadi tambah besar.

Jadi, apa pilihan anda? Cabut atau bertahan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun