Mohon tunggu...
Maulana Ghozali
Maulana Ghozali Mohon Tunggu... lainnya -

Diam itu belajar memahami. || My Blog: https://pemilu-cerdas.blogspot.com/ ||

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tanda-tanda Koalisi Capres 2014

28 Maret 2014   02:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:22 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu hal yang sulit ditebak siapa-siapa yang akan menjadi pasangan pemilu 2014 sudah terbaca secara perlahan-lahan. Partai yang akan berkoalisi yang selama ini samar-samar siapa kawan dan siapa lawan sudah memasuki gerbong-gerbong yang siap diberangkatkan.

Ada partai-partai yang sudah mendeklarasikan pasangan presiden seperti HANURA akan keukeuh dengan kepercayaan diri yang memiliki media. Namun dipastikan pasangan ini akan kalah telak jika tidak berubah pikiran.

Kemudian terbaca dua golongan partai yang akan meraup suara terbanyak, ibarat roda sedang berputar ada yang di atas dan di bawah. Diperkirakan partai yang sedang berada di atas adalah PDIP, GERINDRA, PPP, NASDEM, PKB. Sedangkan partai yang berada di bawah adalah PBB, PD, GOLKAR, PKS, PAN dan HANURA.

Ada juga partai yang bisa dikatakan golongan tengah yang akan menjadi rebutan partai-partai atas seperti GOLKAR, PBB dan PAN. GOLKAR ini memiliki sejarah panjang pada masa Orde Baru yang juga dekat dengan warga Nahdiyyin, sampai sekarang ada ketum GP ANSOR salah satu lembaga BO dalam PBNU yang aktif dalam GOLKAR. Sedangkan PAN akan merapat karena sosok Soeharto yang berpahamkan Muhammadiyah pun pasti akan membangun kepercayaan yang sudah terjalin lama. NASDEM pun bisa dikatakan sebagai golongan tengah jika citra yang ia bangun gagal.

Sedangkan PD dan PKS memiliki kemiripan nasib naas karena kinerja pemerintahan SBY Jilid II yang dipegang oleh partai dibawah yang disebutkan sebelumnya tidak membuahkan hasil yang baik. Banyak anggota partai yang terjerat kasus korupsi yang merugikan bangsa yang begitu besar atas kasus-kasus yang marak terjadi. Selain itu PD sendiri memiliki wapres tidak dari partai bisa dikatakan tidak mempunyai jaringan loyalitas kuat.

Kemudian bila dirumuskan lagi, ada kemungkinan GERINDRA, PPP dan PKB akan merapat berkoalisi. Hal ini dikarenakan ketum PPP yang sudah merapat pada GERINDRA, ketum ini memiliki loyalitas massa berbasis Nahdiyyin yang juga akan mengajak PKB. Sedangkan posisi GERINDRA itu sendiri memiliki nasihat spritual dari Kiai Besar Lamongan (turunan Sunan Drajad) pun pasti akan mengiyakan. Kemungkinan lagi GOLKAR pun diperkirakan akan merapat pada koalisi ini sambil menggandeng PAN. Hal ini untuk tidak menciderai atau memainkan hati orang-orang nahdiyyin.

PDIP dan NASDEM  diperkirakan akan menjalin hubungan lebih intens dengan mengajak partai bawah. Tanda-tanda itu terlihat ketika Ketum NASDEM memuji Ketum PDIP yang cantik. PDIP dan NASDEM mempunyai massa golongan "anak muda gaul" karena keterkenalan Jokowi dan NASDEM dengan PUTERA NASDEM yang cukup memiliki dana segar. Namun diperkirakan juga partai Merah ini yang ragu akan kemungkinan mengajak sebagian partai Hijau bila melihat track record pemilu yang sudah-sudah.

Sedangkan PD dengan citra atau image negatif yang akan terus melekat meskipun mencoba membangun kepercayaan dengan konvensi yang membawa calon-calon yang cukup kompeten. Kemungkinan besar PD akan mengajak partai golongan tengah atau partai bawahan jika mampu benegosiasi. PD akan berusaha keras mempengaruhi GOLKAR, HANURA dan PKS yang kemungkinan besar sangat sulit. GOLKAR dan PD bisa kemungkinan besar akan bergabung dalam satu gerbong untuk membangun kekuatan.

Ada kemungkinan koalisi partai setengah hati yang dijadikan anak bawang yang bisa saja menjadi boneka untuk memecah suara. Pemilu 2014 akan menampilkan 3 pasang calon atau 4 calon sebagai pemecah suara untuk melemahkan partai-partai yang sudah sadar akan pemerintah yang sebelumnya. Kesadaran pemerintahan yang 2004 dikenal rem-gas kemudian 2009 rem-rem (an) maka tahun 2014 bisa jadi akan gas-gas (an).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun