Pidato KH. Said Aqil Siradj Ketua Umum PBNU dalam Forum Tabayun Kiai Muda di Jawa Timur 2013
Menarik sekali jika membahas agama Islam dari sisi-sisi yang lain, maksud bukan dari sudut pandang kewahyuan. Akan tetapi dari sudut pandang pemikiran, yaitu apa itu agama Islam yang sesungguhnya? Islam bukan hanya dinulaqidaah wa syari’ah,disamping itu juga Islam dinul ilmi wa assyaqofah, dinul aadab wa alhadoroh,dan dinul taqadum wa al-madinah. Ini yang menjadikan Islam bisa diterima dimana-mana sampai di bumi nusantara ini. Kalau tidak dibarengi dengan itu nisacaya akan diikuti oleh beberapa gilintar orang saja. Tapi karena disinergikan (dibingkai) dengan produk manusia yaitu (as-syaqofah/Produk; al-hadlarah/pemikiran/prestasi) atau (al-madaniah/managerial/UU) makanya agama Islam diterima oleh negara mana saja.
Kul inna aw iyyakum la’ala hudan au fi dlolalim mubiim. Alquran memberi pengarahan kepada Rasulullah ketika kedatangan tamu Nasrani (nashara) najran (Kristen Najran) Allah memerintahkan kepada Rasulullah, “kami atau anda semua yang benar atau au fi dlolalim mubim” itu yang dinamakan aadabul bahsi wal munadlarah. Inilah firman Allah dalam Alquran tentang adab nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam kepada seorang kafir nasrani najran dalam menerangkan agama Islam. Mungkin Islam agama yang benar dan baik akan tetapi kita tidak boleh bersikap benar atau sombong terhadap agama lain.
Pertama kelahiran Islam itu sendiri lahir sarat dengan politik menurut Tarikh Al-Kamil libnil Katsir (sangat Ahlus Sunnah bukan Syi’ah ataupun Muktazilah). Qoola ibnu Abbas Awwalu man shola Ali, wa qoola Zabir rasulullah bui'sa nabi shola yaumal isnain, aliyun yauma salasah. Orang yang pertama kali sholat itu Sayidina Ali setelah Rasulullah. Rasululah mendapat wahyu hari Senin, Sayidina Ali sholat hari Selasa. Islam tidak lepas dari lingkungan pergaulan sekitar untuk merebut suatu pengaruh dan memperkenalkan diri pada orang-orang elit.
Wa qoola Zaid ibnu Arqam Awwalu man aslam ma’a nabi shollallahu alihi wasallam Ali, kemudian Wa qoola Afif Al-Qindy Kuntu imroatan tajiran (saya pedagang) faqadimtu Makkah ayyamal haj fa ataitu Abbas (datang ke Makkah hari-hari haji kemudian saya ketemu sayidina Abbas) fabaina nahnu indahu idz khoroja rajulun faqamatil jahl ka’bah yushalli (Ketika Saya sedang duduk-duduk dengan Abbas, tiba-tiba muncul seorang menghadap Ka’bah, Sholat) summa kharajatimratun tushalli ma’ah (kemudian disusul seorang perempuan sholat bersamanya) summa kharaja gulaamun faqama yushalli ma’ah (kemudian datang pula remaja sholat bersamanya) faqultu (saya bertanya) ya Abbas ma haadza dzin? (Agama apa ini?) faqaala Abbas Haada Muhammad Ibnu Abdillah ibni akhi (Ini Muhamad , anak saudara saya, Abdullah) Za’ama (Muhammad mengira) annallaha arsalahu (Allah telah mengutusnya) wa anna nakunu zakisra wakisra wakaisar tsatuftahu kunuzah alaih (ini adalah bahasa politik, menurut pemahaman zaman sekarang) menurut Muhammad kata Abbas, Dia diutus oleh Allah, kekayaan raja dan Kaisar Kisra (Persia dan Romawi) akan dikuasainya olehnya. Dan ini Khadijah istrinya percaya kepada Muhammad, dan yang remaja itu Ali bin Abi Thalib juga iman kepadanya. Demi Allah saya tidak tahu agama di atas bumi yang seperti ini kecuali yang orang tiga ini. Mudah-mudahan saya nanti orang yang ke empat. Agama Islam ini baru orang tiga, Muhammad, Khadijah dan Ali, kata Afif mudah-mudahan aku orang ke empatnya.
Bahasa tsatuftahu kunuzah alaihi (alayya), kisra wa kaisar ini sudah bahasa politik, artinya Nabi Muhammad sudah punya program politis yaitu akan menguasai Romawi dan Persia. Begitu juga Walisanga punya project politik. Disamping dakwah akidah sudah pasti iya, tapi juga project politik. Sebelum ada kerajaan Islam oleh Raden Fatah atas izin Sunan Ampel dakwah yang di atas tadi, mendirikan sebuah Kerajaan Demak. Dari sinilah semua kerajaan yang ada di nusantara seperti Majapahit, Padjajaran, Sriwijaya hilang dengan sendirinya (hilang sirna kertaning bumi sura dira jaya diningrat lebur dening pangastuti) kejayaan dan keningratan orang Hindu atau Budha lebur oleh doanya kekuatan para santri. Islam tidak lepas dari agenda politik, agenda kekuasaan hanya caranya metodenya sistemnya berbeda, bila perlu bilqital atau biddakwah wal mauidatil hasanah.
Nabi Muhammad berhasil dalam membawa misi agenda politik Islam. Persia sudah hilang pada zamannya Sayidina Usman bin Affan, dimulai zaman Sayidina Umar perang Al-qaadisyiah, dibawah komandan Sa’ad bin Abi Waqash sudah mulai menggetarkan Persia, rajanya hingga lari. Kemudian Sayidina Usman melanjutkan pada raja terakhir Persia yaitu Yazdirjid II hingga mati. Emperium Persia yang ratusan tahun Maharaja Diraja Khoras dengan agama nya Zoroaster kitab sucinya Afista Sadinista, kini runtuh. Kalau Romawi bertahan lama, baru hilang dari bumi pada tahun 1455 dikalahkan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih dari dinasti Usmaniyah. Praktek perpolitikan Islam di luar negeri begitu keras yaitu dengan cara peperangan.
Sejarah Politik Islam
Singkat cerita, muridanya Muhammad putra Sayidina Ali dari istri kedua setelah Fatimah wafat, yaitu Haulah binti Ja’far dari suku Bani Hanifah. Untuk membedakan Sayidina Hasan dan Husain (yang terjunnya di perpolitikan) diberi nama Muhammad bin Hanafiah orangnya cerdas (terjunnya di ilmu/ilmiah). Disini KH. Said Aqil Siradj mengkritik Ahlul Bait itu sayangnya sibuk politik seperti Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far As-Shadiq, Musa Al-Kadzim, Ali Ridho, Muhammad Al-Jawwad, Ali-Al-Hadi, Hasan Al-Askary, Imam Zaid semua aktivitasnya politik. Maka Ilmu dipegang di take over Al-Mawally (orang-orang bekas budak/bekas tahanan perang) Hasan Al-Basyri, ayahnya orang Majusi Syech Yassar. Yang ahli hadits ga ada orang arab satu pun tidak ada, seperti Bukhori, Muslim, Turmudzi, mereka adalah orang ajam (non arab). Begitu juga dengan keilmuan Islam lebih banyak dipegang oleh orang Al-Mawally. Yang membangun peradaban Islam bukanlah para politikus tapi Ulama dan mufakkirin. Antar Sahabat waktu itu saling perang saudara, adanya perang Jamal dan perang siffin yang paling terkenal. Surat-suratnya Sayidina Ali dan Mu’awiyyah saling menghujat, mencaci maki, menggunakan Bahasa wahai musuh Allah. Entah kenapa seperti itu, itulah sejarah yang terjadi yang tidak bisa ditutup-tutupi.
Dalam perjalananya politik berkembang dan para ulama juga berkembang beriringan (peradaban juga berkembang). Pemikir-pemikir sebelum Imam Assy’ari seperti seperti Hasan Al-Basyri, Fudzail bin Iyyad, Sufyan As-Sauri, Abu Haris Al-Muhasiby, Abudullah bin Qulab, Abu Bakar Al-Qolanisyi. Puncaknya Ahlu Sunnah wal Jama’ah adalah Imam Al-Assy’ary mulai abad kedua Hijriyah. Keilmuan Islam di bidang Tiqih, Tafsir, Hadits, Tarikh, Akidah dan Tajwid terus berkembang sampai dengan ilmu kedoteran Ibnu Sina, Matematika ada Al-Jabbar. Islam dari segi politik dan keilmuan ibadah/ilmiah terus meingkat drastis (tajam). Seperti inilah kehebatan orang-orang Islam terdahulu yang sangat disegani.
Makanya tak heran juga terjadi perpecahan dalam Islam. Kemunculan dua golongan (partai) besar Al-firaqul Islamiyahdan Al-firaqul ghaira Islamiyah. Al-firaqul Islamiyahterdiri dari Khawarij, Jabariah, Qodariah, Jahamiyah, Murji’ah, Muktazilah, Syi’ah yang Imamiah ini masih dalam koridor Islam. Lahirnya betul-betul dari I’tikah wal muhanasah di dalam internal masyarakat Islam itu sendiri. Adapun yang Al-firaqul ghaira Islamiyahbukan dalam koridor Islam seperti Ismailiyah, Bathiniyah, Bahaiyah, Babiyah, Ahmadiyah. Yang ini sudah intervensi dari eksternal, ada agenda dari musuh Islam. Sama seperti di Indonesia ada NU (Nahdlatul Ulama), Muhammadiyah, Nahdlatul Wathon, Perti, Wasliah, Sarikat Islam, Al-Khoirot itu orisinil dari perut bangsa Indonesia, tapi kalau HTI, Majelis Mujahidin, Salafi, Ahmadiyah itu impor dari luar negeri. Ahmadiyah ini contohnya buatan dari Inggris yang mengangkat Nabinya Mirza Gulam Ahmad untuk mendirikan negara Pakistan dan pisah dari negara India. Al-firaqul Islamiyah Masih asset khazanah pemikiran Islam tidak dari luar pemikiran Islam. Maka dari itu aliran Islam begitu luas dan bercabang yang bisa kita lihat dan pelajari dari yang berbagai macam itu.