Melihat hasil perhitungan cepat di media-media ibarat hiburan yang tak kalah menarik layaknya tontonan pertandingan Timnas lawan musuh bebuyutan. Banyak versi penghitungan cepat mengenai urutan posisi partai dan jumlah suara. Tidak ada partai yang mendapatkan suara unggulan, tidak seperti pemilu 2009 yang mana Demokrat yang paling dijagokan. Jokowi yang digadang-gadang dapat mendongkrak suara namun belum mampu mengangkat partai meskipun di urutan pertama.
Hal yang menarik yang selama ini tidak diduga-duga adalah mulai bersatunya suatu organisasi massa NU yang mulai dilirik. Jika saya mau menyindir sekaligus bangga bahwa banyak tokoh partai atau politik yang memakai peci hitam yang melambangkan Islam tradisional sekali. Partai PKB mampu melakukan strateginya menyolidkan yang selama ini terpecah berai. Selain itu PPP juga mampu mengajak sebagian masyarakat NU untuk berdiri di belakang partai, meskipun suara yang di dapat 7% dibandingkan PKB 9,5% suara.
Namun NU yang bersatu ini memiliki kelemahan pengikat atau tokoh pengaruh untuk menyatukan dua partai tersebut. Tokoh pengaruh ini seperti Kiai Khos yang dulu memberi mandat pada Gus Dur untuk menjadi presiden. Bahkan dari beberapa Kiai yang saya kenal mengatakan tidak ada tokoh yang tepat dari kalangan NU. Hal ini menunjukkan masih ada kegoan dan haus kekuasaan dari partai-partai yang berbasis nahdiyyin.
Kritikan keras buat organisasi NU adalah pemilihan ketua pengurus cabang, provinsi dan setersunya hampir memakai strategi transaksional. Ini adalah suatu penyakit yang harus diberantas habis-habisan. Sejatinya NU adalah organisasi keagamaan basis tradisional yang harus disadarkan oleh para kiai. Hal inilah yang menyebabkan bahwa partai berbasis NU sangat mudah goyah dengan iming-imingan para partai. Organisasi NU janganlah sekali-kali congkak sebagaimana yang diajarkan pada perang Badar dan Perang Uhud.
Menurut pandangan pribadi ada dua tokoh besar yang menjadi kunci organisasi NU yang selama ini jarang ketemu. Kedua tokoh inilah yang bisa mengajak partai Islam untuk bergabung jika saja mereka mengedepankan apa yang dibutuhkan bangsa ini. Tubuh dalam NU ini setidaknya untuk mengesampingkan atau menunda permasalahan internal. Tokoh pertama ini adalah KH. Said Aqil Sirodj ketua PBNU dan KH. Suryadharma Ali. Pak Said ini memegang kendali Muhaimin (terlihat pada iklan PKB) kedua Pak Suryadharma dengan PPP-nya.
Bagaimanapun juga Pak Said yang dituakan sebagai ketua PBNU harus mendamaikan antara Muhaimin dan Suryadharma Ali. Setidaknya Pak Said harus menjadi penengah yang mampu memediasi jika beliau mampu menunjukkan kharismanya. Bagaimanapun juga ini adalah kesempatan NU untuk percaya diri. Enyahkan semua niatan awal, bahwa saat ini sesepuh kelima NU yang masih dirahasiakan hidup di zaman Gus Dur mungkin sebagian telah meninggal. Jika pun masih ada mintalah nasihat pada Kiai khos yang masih hidup itu jika pak Said tak mampu memediasi kedua tokoh tersebut. Insyallah Indonesia tidak hanya sejahtera tapi juga berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H