Mohon tunggu...
Maulana Ghozali
Maulana Ghozali Mohon Tunggu... lainnya -

Diam itu belajar memahami. || My Blog: https://pemilu-cerdas.blogspot.com/ ||

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Lika-liku Cari Cawapres

7 Mei 2014   01:26 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:47 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Suatu hal yang sulit ditebak siapa-siapa yang akan menjadi pasangan pemilu 2014 sudah terbaca secara perlahan-lahan. Kepastian yang sudah semestinya terjadi dapat saja berubah seperti ketidakpastian iklim akibat pemanasan global. Namun, partai yang akan berkoalisi yang selama ini samar-samar siapa kawan dan siapa lawan sudah memasuki gerbong-gerbong yang siap diberangkatkan.

Ada partai-partai yang sudah mendeklarasikan pasangan presiden seperti HANURA akan keukeuh dengan kepercayaan diri yang terus memasang iklan di televisi. Namun dipastikan pasangan ini akan kalah telak dengan suara 5% berdasarkan hasil hitungan cepat jika tidak berubah pikiran.

Hal yang menarik, terbaca dua golongan partai yang meraup suara terbanyak dan suara yang terendah, ibarat roda yang sedang berputar ada yang di atas dan di bawah. Partai yang dulunya berada di posisi atas kini harus berada di posisi bawah. Partai yang sedang berada di atas adalah PDIP, GOLKAR, GERINDRA, PKB lalu Demokrat. Sedangkan partai yang berada di bawah adalah NASDEM, PAN, PKS, PPP, HANURA dan PBB.

Dari hasil hitungan cepat semantara tidak ada partai yang dominan mapun yang termarjinalkan. Semua partai saling membutuhkan satu sama lain, suara kecil pun sangat berarti bagi partai. PDIP dengan kisaran suara 19%, GOLKAR dengan suara 15%, Gerindra dengan suara 12%, PKB dengan suara yang mengejutkan 9,50% dan selebihnya selisih suara yang berdempetan.

Mengenai siapa capres (calon presiden) sudah sangat jelas dideklarasikan dari awal seperti tokoh Prabowo Soebianto, Joko Widodo dan Abu Rizal Bakrie. Kepercayaan diri yang terbilang ngotot maju jadi capres sejalan dengan posisi tiga besar. Namun kepopuleran ketiga tokoh tersebut terbengkalai akan siapa pasangan cawapres (calon wakil presiden) belum terlihat jelas.

Ketidakjelasan siapa cawapres mungkin diakibatkan karena selisih yang berbeda tipis antar partai. Perbedaan tipis memposisikan partai sebagai golongan tengah seperti partai Demokrat, NASDEM dan partai yang berbasiskan masa Islam seperti PPP, PAN, dan PKS. Partai golongan tengah inilah yang memiliki peran penting dalam tarik ulur mengenai cawapres yang ditawarkan.

Masalah yang terjadi adalah partai-partai papan tengah tersebut tidak memiliki tokoh yang dekat dengan masyarakat. Banyak tokoh yang diperkenalkan partai masih terasa asing di telinga dan pandangan masyarakat. Seperti Demokrat yang memperkenalkan banyak tokoh namun tidak mendongkrak partai justru jatuh tertimpa tangga. Rasanya publik tidak lupa bahwa Demokrat yang memimpin pemerintahan SBY Jilid II tidak membuahkan hasil kinerja yang baik. Banyak anggota partai yang terjerat kasus korupsi yang merugikan bangsa yang begitu besar atas kasus-kasus yang marak terjadi. Begitu juga dengan PKS yang ngotot bahwa PKS yang katanya bersih mau tidak mau harus menelan ludah sendiri.

Sulitnya mencari pasangan cawapres tidak hanya terjadi pada pemilu 2014 saja tapi juga pada pemilu 2009 cawapres yang dipilih bukan dari kalangan anggota partai. Suara dominan  pemilu legislatif tahun 2009 oleh Demokrat saja terbilang kebingungan  menunjukkan siapa cawapres. Apalagi pemilu legislative tahun 2014 tidak ada partai yang dominan, lebih kebingungan yang tidak seenaknya memilih cawapres sendiri.

Menurut yang diinformasikan media, Gerindra sudah menagajak ketua umum PPP mendukung pencapresan Prabowo Subianto. PPP yang berbasiskan partai Islam yang tidak hanya NU (Nahdlatul Ulama) tapi juga ada Persis, Perti dan Masyumi ini dilanda konflik yang sangat akut. Gerindra juga memiliki dukungan dari seorang yang beristrikan putri Gus Dur masih memiliki pengaruh kuat juga. Belum juga mempunyai kepastian yang akan berpasangan dengan Prabowo Soebianto, meskipun menurut informasi yang terbaru dua partai seperti PAN dan PKS sudah merapat ke Gerindra. Kedekatan dua partai ini ketika dikalrifikasi masih sebatas menjaga komunikasi bukan keputusan final yang perlu dipertimbangkan lagi.

Sedangkan PDIP sudah memiliki kepastian dukungan dari NASDEM tanpa konflik internal yang berjalan mulus. Dukungan kuat yang sudah berdesis sangat kencang dari PKB yang juga memiliki basis masa NU yang berjalan semakin membaik. Magnet PDIP diakibatkan karena tokoh Joko Widodo ini mencitrakan partai yang diincar sana-sini. Meskipun begitu PDIP tidak ingin salah memilih cawapres yang mendampingi Joko Widodo. Berbeda dengan Gerindra yang bingung mencari cawapres semantara PDIP bingung memilih cawapres.

Semantara Golkar dengan tokoh Abu Rizal Bakrie ini tidak hanya sulit mencarai cawapres apalagi memilih cawapres tapi juga tidak ada partai yang melirik. Meskipun menempati posisi kedua partai ini terbilang sepi akan daya tawar dari perbincangan publik. Meskipun mesin partai Golkar berjalan baik tapi belum juga mendapatkan tempat di hati masyarakata.

Sedangkan sisa partai lain tidak bersuara lantang seperti tiga partai terbesar di atas ragu untuk maju di pemerintahan atau siap-siap beroposisi. Intinya semua partai sedang berada dalam masa penjajakan dengan membuat berita atau peristiwa supaya dapat dilihat oleh masyarakat. Namun yang terjadi adalah kejenuhan masyarakat akan informasi yang terus di-jejel-jejel-kan pada masyarakat.

Ada kemungkinan pasangan pilpres 2014 yang setengah hati atau dijadikan pasangan “anak bawang” yang bisa saja menjadi boneka bagi lawan untuk memecah suara. Pemilu pilpres 2014 akan menampilkan tiga pasang calon hingga empat pasang calon presiden. Kontestan partai sudah memahami dari hasil pemilu pilpres 2004 dikenal rem-gas, kemudian tahun 2009 rem-rem (-an) dengan koalisi gemuk maka, di tahun 2014 kontestan partai menginginkan pemerintah yang siap untuk gas-gas (-an) dengan koalisi ramping.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun