Mohon tunggu...
N Shalihin Damiri (Bin)
N Shalihin Damiri (Bin) Mohon Tunggu... Penulis - Asal Madura

Bernama lengkap N Shalihin Damiri. Kelahiran Madura. Menulis hal-hal usil. Juga cerpen, puisi dan esai. Cerpen yang sudah dibukukan termaktub dalam Antologi Cerpen Majalah Ijtihad Nama Saya Santri (2014). Santri tulen. Sedang nyantri di PP. Sidogiri Pasuruan. Aktif di Majelis Sastra Kun!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[HUT RTC] Bus Surabaya-Pasuruan

18 Maret 2016   02:27 Diperbarui: 18 Maret 2016   02:35 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minggu ketiga (terinspirasi lagu)

 

Siang terik dalam bus Surabaya-Pasuruan. Bocah kurus menggendong manja gitar kemplungnya. Nyanyikan duka menyayat sukma. Di telinga tuan-tuan mulutnya menghamba, o, menghamba!

"Bocah itu bukan budi, bang," kataku berbisik, "anak kecil yang pernah kausaksikan menggigil. Menahan dingin tanpa jas hujan. Di simpang jalan Tugu Pancoran. Bocah yang suaranya cempreng-melengking itu tak tahu apa Tugu Pancoran. Tapi dia hapal perihnya hidup di pinggiran. Dia dan Budi sama berkelahi dengan waktu. Lemah jari mereka terkepal sama dipaksa pecahkan karang."

"Lantas?" Kau membalas juga bisik.

"Ia semacam rupa bayang. Budi lain dari Budi yang pernah kau saksikan. Lahir dari pinggir jalan dan terminal dan perempatan. Merangkai mimpi sehabis memecah karang juga di bangku sekolahan. Tapi mereka tak serakah. tapi mereka tak setamak tikus yang kaukisahkan."

"Tikus kantor?"

Aku mengangguk, "Maaf aku menyebut Budi, bang. Sebab getir hidup di tanah ini telah melampaui. Duka dan suka sepertinya satu warna. Maaf aku mengingat Budi, bang. sebab orang-orang kita seperti telah lupa kalau mereka masa depan kita. Maaf aku menanyai Budi, bang. Apa kabar ia?"

Kau menerawang. Sekilas kutatap lekat pelupukmu yang mulai berair. Bus melaju kencang dalam diam kita...

Sidogiri, 2016

Terinspirasi oleh lagu Iwan Fals, Sore Tugu Pancoran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun