Mohon tunggu...
Wahdaniyah AP
Wahdaniyah AP Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Puasa Menjadi Suatu Kebohongan oleh Anak?

7 Mei 2019   16:19 Diperbarui: 8 Mei 2019   20:45 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Puasa Menjadi Suatu Kebohongan oleh Anak?

Saat memasuki Bulan Suci Ramadhan, kita dapat melihat ada anak SD yang usianya berkisar antara 6-12 tahun sangat antusias berpuasa, namun adapula yang sedih karena tidak boleh makan dan waktu bermain mereka dibatasi dan atau tidak mendapat uang saku untuk membeli jajan.
Anak SD yang berpuasa juga tidak selalu ikhlas dari hatinya. Terkadang kita menemui anak yang berpuasa karena ada imbalan (reward) dari orang tua. Reward tersebut dapat berupa mainan, uang, atau alat tulis. Jadi, puasa mereka dapat dikatakan tidak lillahita'ala.

Hal demikian tidak sepenuhnya dilarang. Reward dari orang tua adalah salah satu latihan yang diberikan orang tua agar mereka dapat menahan lapar.
Namun, puasa yang demikian pula dapat membuat anak berbohong. Ya, memang mereka ikut sahur. Mereka juga tidak makan di depan orang tua. Namun, bagiamana dengan mereka saat tanpa sepengetahuan orang tua? Ada kemungkinan mereka makan atau minum secara sembunyi-sembunyi.

Jika anak hanya mengharapkan imbalan berupa reward dari orang tua kalau mereka puasa, mereka akan bersikap seolah-olah sedang puasa. Namun sebenarnya mereka telah membatalkan dengan makan/minum tanpa sepengetahuan orang tua. Lalu, apa artinya latihan yang diberikan orang tua?

Latihan tidak hanya dengan memberikan reward. Sebagai orang tua hendaknya memberi pengertian yang agamis tentang kelebihan berpuasa, seperti pahala yang berlimpah dari Allah SWT, doa-doa yang dikabulkan, disayang dan dijaga Allah SWT, masuk surga, dan lain-lain. Orang tua dapat memberi pengertian agamis yang dapat menarik minat dan memotivasi anak berpuasa lillahita'ala.

Tak hanya orang tua. Pihak sekolah juga dapat memotivasi anak agar berpuasa dengan mengadakan kegiatan pondok Ramadhan yang berisi ajaran agama Islam dengan cara memberi ceramah mengenai hikmah berpuasa; praktek, seperti praktek berwudhu dan sholat yang benar; permainan (games) yang berhubungan dengan ajaran agama; serta berbuka bersama teman-teman dan guru di sekolah.

Hal yang demikian dapat memotivasi anak agar semangat berpuasa dengan niat lillahita'ala, sehingga anak benar-benar berpuasa menahan lapar, dahaga, dan nafsu lainnya meskipun saat tidak bersama dengan orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun