Mohon tunggu...
Najib Abdillah
Najib Abdillah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Berharap tersesat di lingkaran ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Membagi Waktu

20 Desember 2016   08:16 Diperbarui: 20 Desember 2016   08:50 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ini mungkin terdengar agak klise: adakah seseorang yang membagi secara detail waktu yang dimilikinya, setiap harinya?

Kita semua tahu bahwa tersedia waktu 24 jam tiap harinya bagi semua orang. Akan tetapi kita – atau setidaknya saya seorang saja – sering tidak sadar waktu yang 24 jam itu telah, sedang, dan akan terus berlalu. Dan ketika hari telah berganti, barulah tersadar bahwa banyak sekali waktu yang terbuang percuma.

Banyak orang bijak mengatakan agar sebaiknya manusia membagi waktu tiap harinya. Ada yang membaginya per satuan jumlah semisal tiga bagian, empat bagian, enam bagian, dll. Ada yang membaginya per kegiatan semisal waktu untuk kerja, olahraga, bermain, istirahat, dsb. Ada juga yang membaginya per kelompok interaksi semisal waktu untuk pasangan, keluarga, teman, dsb.

Secara teori, semua itu sangat mungkin untuk dilakukan. Persoalannya sekarang, apakah mungkin ada orang yang serunut dan senurut itu terhadap waktu?

Agar tidak terlalu abstrak, mari kita coba satu per satu beberapa trik dalam membagi waktu di atas.

Per Satuan Jumlah

Taruhlah kita pakai pembagian waktu menjadi tiga bagian. Berarti masing-masing bagian mendapat jatah 8 jam. Bagian pertama untuk aktifitas rutin (kerja, kuliah, sekolah, dll). Bagian kedua untuk istirahat. Bagian ketiga untuk aktifitas lain-lain di luar kedua bagian itu.

Mari asumsikan pembagian waktu di atas untuk seorang kepala rumahtangga. Itu berarti – ambil sederhananya – delapan jam pertama harus ia prioritaskan untuk mencari nafkah. Misalkan, dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Maka, akan tersisa satu jam untuk waktu istirahat. Sehingga, waktu untuk beristirahat tinggal 7 jam. Otomatis, ia telah menghabisakan sembilan jam pertamanya.

Pertanyaannya: apakah ia benar-benar memastikan telah bekerja penuh selama 8 jam (480 menit)? Jawabannya tentu tidak mungkin bisa. Ia hanya ‘merasa’ telah terpenuhi 8 jam-nya itu karena rutinitas saja. Ia tidak sadar bahwa ketika sedang membuat kopi, bergosip dengan teman sejawat, atau mungkin terlelap sekejap saja, ia telah kehilangan sekian menit dari 8 jam pertamanya.

Sekian menit yang – menurut pembagian waktu di atas – tersia-siakan.

Per Kegiatan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun