Aneh. Setiap menghadapi idul adha, penyakit sapi sering muncul. Bahkan sering jagal sapi, minta jika penyakit itu turunnya pada saat idul fitri saja. Tapi, penyakit itu tak kunjung datang. Idul fitri yang butuh banyak daging, harganya selangit.Â
Padahal, jika penyakit itu datang di bulan puasa, rasanya jagal bakal ketiban rejeki. Beli murah, jual mahal. Jika permintaan naik, maka harga pun naik. Mereka bisa dapat cuan yang banyak.Â
Namun, jika penyakitnya menjelang idul adha, maka akan ada banyak pasokan daging dari sapi sakit padahal masyarakat sudah punya daging dari sapi qurban. Artinya, permintaan sedikit barang banyak, ya murah lah.
Lantas kenapa penyakit itu datang menjelang idul Qurban? Itu misteri. Pengagum konspirasi mengatakan sumber penyakit disebar oleh oknum. Satu tahun lalu nama penyakitnya PMK (Penyakit Mulut dan Kuku).Â
Banyak sapi harus disembelih sebelum idul qurban tiba. Peternak banyak yang sedih. Dua tahun lalu pun ada penyakit Lato-lato. Karena, saat itu publik sedang menyenangi permainan  Lato-lato. Ada semacam tompel hitam di bodi sapi dan itu tanda bahwa dagingnya bisa buruk dan habis oleh virus atau bakteri. Kalau PMK mending, karena mulut dan kuku saja yang diserang. Lato-lato bisa menyerang daging sebagian besar. Busuk lagi.
Tahun ini, penyakit itu namanya Kutu Ende. Ada banyak kutu super kecil yang loncat sana loncat sini terus bisa masuk ke tubuh sapi serta senang menyerang jantungnya.Â
Maka, jantung inilah yang buat sapi jadi tidak bisa tidur, atau bahkan ujug-ujug tidak bisa berdiri. Bahkan, jika tidak beruntung sapi terserang kutu ini akan langsung bisa mati.Â
Jantung dan hatinya yang diserang hingga tak bertahan hidup hingga tanggal 10 Dzulhijjah. Untungnya tidak menyerang daging seperti lato-lato, hingga dagingnya aman, tapi jika mati mendadak maka peternak tak bisa lagi menjual dagingnya. Mesti dikubur atau dibakar. Sapi mati, peternak gigit jari. Dan penyakit itu sering datang menjelang sapi itu dijual ke pengurban. Kenapa, ya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H