Saat itu pemilihan baru saja usai, sang presiden terpilih dengan bahagia hati mengucapkan sepatah dua patah kata rasa terima kasih atas dukungan dari rakyat dan partai koalisinya sehingga dia berhasil menduduki jabatan presiden. Dia pun menjanjikan dalam beberapa hari, susunan kabinet akan segera di informasikan kepada publik. Namun sungguh aneh ternyata di publik, banyak rakyat yang tidak mengetahui apa visi dan misi dari sang presiden terpilih. Maka dalam waktu singkat saja, sang presiden mendapatkan gelombang protest dari dalam negeri yang mempertanyakan program kerja yang akan dia usung untuk membangun Indonesia tercinta ini. Demi melihat kerasnya gelombang protest dan hujan kritis dari oposisi, partai koalisi yang berada dibalik pemenangan sang presiden nyalinya menjadi ciut! Alih-alih membantu memberikan masukan-masukan kepada sang presiden yang ada adalah presiden kebakaran jenggot berusaha defensive yang kadang terkesan ngawur. Bahkan lebih gawat lagi ketika mereka seolah lepas tangan yang mengatakan bila presiden adalah pilihan rakyat, dan rakyat semua ikut bertanggung jawab. Demi menyelamatkan pemerintahan, akhirnya sang presiden berusaha mencari kandidat yang mau bersedia menduduki kursi kabinet di pemerintahannya. Semua bertambah runyam ketika sang presiden seolah tak punya wibawa dan tak mengerti apa problem utama negeri ini, dan akhirnya sang presiden pun harus mengakhiri jabatannya lebih cepat karena mosi tidak percaya dari parlemen. Itulah gambaran simulasi politik yang seolah nyata dan telah terjadi di ranah dunia maya. Rakyat Indonesia yang berjumlah 7800an orang bermain bersama-sama dalam sebuah game erepublik untuk mencoba membangun sebuah negara Indonesia yang ideal. Sebuah negara Indonesia yang bermartabat di mata dunia. Meskipun bersifat simulasi, dari kenyataan yang ada bisa terlihat bila di dunia nyatapun bisa saja hal itu terjadi. Rakyat Indonesia dulu terkotak-kotak dalam sebuah kotak yang bernama partai. Dan mereka yang ada dalam kotak ini kadang bisa di arahkan sesuai dengan kehendak sang penguasa yang ada di partai. Maka tidak heran bisa saja yang duduk di kursi presiden bukan seseorang yang memang cakap dalam bidangnya. Beruntunglah Indonesia di dunia nyata saat ini telah mereformasi pilpress sehingga rakyat bisa memilih langsung presiden. Tentu harapannya adalah rakyat bisa memilih presiden yang terbaik di antara semua kandidat. Begitu pula di simulasi di game erepublik, rakyat diberikan fitur untuk memilih langsung sang presiden. Namun sayangnya, terlihat bila di simulasi ini mereka seperti bergerak mundur dibanding Indonesia di RL. Hal itu bisa dilihat dengan seringnya rakyat memilih bukan karena kecakapan dari sang presiden tapi karena adanya kesamaan partai, asal atau mungkin kedekatan emosional lainnya. Dengan simulasi ini bisa terlihat dengan jelas bila sang Presiden berubah fungsi bukan lagi jadi kepercayaan warga tapi menjadi kepanjangan tangan dari partai-partai yang berkuasa. Dan bila hal itu terjadi, akankah Indonesia bisa menjadi negara yang sesuai dengan cita-cita rakyatnya? tentu banyak pertanyaan disana. Bagaimana dengan dunia nyata? mungkinkah hal ini juga terjadi? Tentu hanya sang presiden terpilih sendiri yang mampu menjawab tantangan ini. n3m0 Untuk anda yang tertarik membangun Indonesia di dunia maya, silahkan click disini. Untuk anda yang ingin ngobrol dengan para warga negara eIndonesia, click disini. NOTE: Untuk moderator, saya mohon maaf bila ini bukan tempat yang tepat. Saya kesulitan untuk mencari rubrik yang tepat untuk artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H