Hanya dalam hitungan hari, Proliga 2017 akan segera bergulir untuk memuaskan dahaga para pecinta voli. Kompetisi kasta tertinggi bola voli tanah air tersebut akan memulai perjalanannya pada 27 Januari hingga 23 April 2017. Delapan kota yakni Malang, Palembang, Batam, Gresik, Surabaya, Solo, Bandung dan Yogyakarta siap jadi arena tempur tujuh tim putri dan enam tim putra demi memperebutkan titel juara.
Adanya penambahan peserta terutama di sektor putri tentunya menambah semarak persaingan Proliga 2017. Namun, selain jumlah peserta yang bertambah, pada tahun ini PB PBVSI selaku induk organisasi yang menaungi bola voli juga menerapkan sistem penentuan peringkat baru yang diadaptasi dari peraturan Federasi Voli Dunia (FIVB).
Jika digelaran Proliga sebelumnya penentuan peringkat di klasemen baik pada babak penyisihan maupun 4 besar memprioritaskan jumlah poin dibanding dengan jumlah kemenangan dari sebuah tim. Maka, tahun ini justru sebaliknya, jumlah kemenangan menjadi prioritas penentuan peringkat dibandingkan dengan poin yang didapatkan sebuah tim.
Dalam bola voli, poin ditentukan dari hasil akhir pertandingan. Kemenangan 3-0 atau 3-1 dihargai dengan 3 poin dan kemenangan 3-2 akan mendapatkan poin 2. Sementara tim yang menderita kekalahan 2-3 berhak atas poin 1 dan tim yang kalah 1-3 atau 0-3 tidak mendapatkan poin.
Berdasarkan sistem poin tersebut, apabila tim A mendapatkan tiga kali kemenangan 3-2 maka tim tersebut mendapatkan 6 poin, bandingkan dengan tim B yang memenangkan 2 kali pertandingan dengan skor 3-1 atau 3-0 dan mengalami 1 kali kekalahan 2-3, poin tim tersebut akan berjumlah 7. Pada sistem penentuan peringkat terdahulu yang memprioritaskan jumlah poin, maka tim B akan berada di atas peringkat tim A. Tapi pada sistem baru ini, peringkat tim A justru berada di atas peringkat tim B.
Bagi tim peserta Proliga 2017, perubahan dalam sistem penentuan peringkat bukan merupakan sebuah masalah besar dan sama sekali tidak merugikan tim peserta. Hal tersebut diungkapkan beberapa pelatih dan manager tim putra yang akan berlaga di Proliga 2017.
“Kami tidak masalah dengan perubahan tersebut, karena jika Samator merasa berat, maka tim lain pun juga pasti merasakan hal yang sama,” ungkap Hadi Sampurno, manager tim Bhayangkara Surabaya Samator.
Senada dengan Hadi, pelatih Palembang Bank Sumsel Babel, Syamsul Jais juga mengatakan jika perubahan sistem adalah hal yang normal terjadi di setiap cabang olahraga. “Itu normal dan sama sekali tidak berpengaruh pada persiapan tim. Apalagi sudah disosialisasikan terlebih dahulu di liga lokal (Livoli).”
Pemberlakuan sistem ini tentu akan membuat Proliga 2017 akan semakin seru dan ketat, karena jumlah kemenangan jadi prioritas dibandingan poin tentu semua tim akan berjuang untuk dapat meraih kemenangan di setiap pertandingan. (ndy)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H