Dari pengalaman saya ketika melaksanakan penugasan dinas luar ke Brunei Darussalam, ada hal yang menarik terkait transaksi jual beli barang yaitu ketika saya membeli durian dan kuliner di sana. Seperti yang kita ketahui bahwa mata uang Brunei Darussalam adalah dolar Brunei dan sudah tentu dari Indonesia saya sudah membawa sejumlah uang tunai dolar Brunei untuk membeli keperluan dan oleh-oleh di sana. Pada saat saya mau membayar ke kasir, saya memperhatikan orang di depan saya terlihat membayar dengan mata uang dolar singapura, dan uang tersebut diterima oleh kasir dan kembaliannya menggunakan dolar Brunei. Saya kaget dan setelah saya konfitmasi ke kasir memang di Brunei juga menerima pembayaran dengan dolar. Lalu saya mulai berandai-andai kalau saja pembayaran dengan mata uang rupiah juga diterima di negara tersebut.
Namun saya juga tidak terlalu berlebihan untuk berharap terwujud karena bagaimanapun ini menjadi tantangan yang sulit direalisasikan mengingat dunia saat ini masih menggunakan standard mata uang dolar Amerika Serikat untuk transaksi internasional, meskipun akhir-akhir ini kita juga mendengar bahwa penggunaan mata uang lain misalnya Renminbi (RNB) negara Cina sangat potensial menggeser peranan dolar. Hal ini karena kita tahu bahwa Cina notabene merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar dan berpengaruh secara global, dan bagi Indonesia tentu akan membutuhkan usaha yang keras dan proses panjang untuk mencapai taraf tersebut, belum lagi bagaimana kestabilan nilai rupiah itu sendiri terhadap kondisi global.
Mungkin diantara kita yang mengalami masa tahun 90-an pernah mendengar lagu anak-anak Aku Cinta Rupiah yang dikarang dan dinyanyikan oleh Cindy Cenora. Di lagu tersebut ada potongan lirik seperti Aku cinta rupiah biar dolar dimana-mana, Aku cinta rupiah biar dolar merajalela, dan Aku cinta aku suka buatan Indonesia. Dari lirik tersebut secara eksplisit menurut saya ini sebagai bentuk langkah awal gerakan nasionalisme supaya menjaga mata uang rupiah tetap exist ditengah gempuran mata uang asing.
Dengan kondisi global sekarang ini, Indonesia tidak bisa pasrah hanya menerima atau bertahan dari pengaruh luar, namun juga perlu memberikan pengaruh ke dunia. Dari lagu Aku Cinta Rupiah bagaimana supaya rupiah itu bisa laku di domestik maupun mancanegara. Melalui momentum dicanangkannya sistem pembayaran yang terkoneksi di ASEAN, kita menjadi optimis bahwa pembayaran dengan teknologi digitalisasi menggunakan masing-masing mata uang negara ASEAN tidak menjadi hambatan lagi. Dengan kata lain, diharapkan pembayaran secara digital misalnya dengan QR code maka pihak pembayar bisa membayar dengan mata uang asal tanpa disibukkan dengan urusan menukar mata uang, alias mata uang kita tetap laku dimanapun sepanjang itu di negara ASEAN dan sudah ada perjanjian kerja sama untuk transaksi pembayaran oleh bank sentral masing-masing.
Jika sistem pembayaran secara digital atau kita kenal dengan pembayaran secara non tunai bisa dilakukan secara terintegrasi di ASEAN, dan sejalan dengan upaya menyebarkan pengaruh Indonesia ke dunia luar diawali dengan regional ASEAN, khususnya mata uang rupiah, maka perlu dipertimbangkan untuk mengembangkan mekanisme pembayaran secara fisik atau tunai menggunakan mata uang asal di ASEAN.
Walaupun dirasa ketinggalan jaman kalau diterapkan, namun akan sangat berguna di saat-saat tertentu misalnya ketika ada gangguan sistem komunikasi atau pembayaran yang dilakukan gagal sehingga mengharuskan pembayaran harus secara tunai. Contoh pengalaman saya ketika di Brunei pembayaran secara tunai dengan menggunakan rupiah tentu menjadi terwujud ketika sistem ini diimplementasikan, terlebih ASEAN menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia yang ditunjang dari aktivitas perdagangan barang, jasa, pariwisata, dan sektor vital lainnya.
Ditambah lagi dengan Indonesia sebagai negara terbesar di ASEAN, maka jika memungkinkan Bank Indonesia untuk dapat mengajak Bank Sentral di negara ASEAN lainnya untuk juga menerapkan pembayaran secara tunai dengan mata uang masing-masing, sehingga semua mata uang di ASEAN, khususnya rupiah, dapat merambah sampai ke seluruh pelosok wilayah regional ASEAN, syukur-syukur bisa menjangkau lebih luas lagi di luar ASEAN.
Bagaimana menurut pendapat para pembaca ? Silakan berikan masukan, koreksi, atau sanggahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H