Oleh: Muhammad Zaini .com
Tulisan ini bermula atas kekhawatiranku atas betapa banyaknya artikel-artikel yang aku temukan di internet kurang berkualitas. Atau, secara halusnya, terlihat kalau sang penulis artikel tersebut asal mengejar deadline saja tanpa memperhatikan mutu tulisan atau kualitasnya.
Oke, mungkin pernyataanku tadi salah. Aku akui itu. Karena sesungguhnya, kita semua sama-sama belajar. Sama-sama belajar menulis, merangkai kata, merangkai logika, merangkai imaji-imaji yang terwujud dalam ruang satu dimensi bernama tulisan. Tulisan adalah perwujudan dari sang penulis. Tulisan berkata banyak tentang penulis; tentang ideologinya, tentang harapan-harapannya, tentang pandangan hidupnya, tentang cita-citanya, tentang banyak hal. Maka, sungguh tak pantas bagiku untuk memberi cap kurang bagus pada beberapa tulisan yang kuanggap tidak bermutu dengan tulisan-tulisan sampah.
Mengapa?
Apa yang kamu rasakan ketika ada orang lain yang menjelek-jelekkan dirimu? Apa pendapatmu terhadap orang lain yang ikut campur dalam kehidupanmu? Bagaimana menurutmu ketika ada orang yang menghina tulisanmu? Tentu sakit hati, bukan? Apakah sakit hati selalu diungkapkan? Terkadang tidak. Maka, sungguh tak eloklah kiranya jika aku yang bukan siapa-siapa ini menghina tulisan orang lain.
Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan tulisan berkualitas?
Buatlah tulisan berkualitas itu. Tak perlu kita habiskan energi kita untuk mencerca dan mencela tulisan A, tulisan B, tulisan C. Cukup berikan contoh saja tentang bagaimana tulisan yang bagus itu. Suatu saat, mereka akan mengikutimu, dan pada akhirnya, internet akan dipenuhi oleh tulisan-tulian yang berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H