Mohon tunggu...
Muhammad Zaidaan Akmal Efendi
Muhammad Zaidaan Akmal Efendi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya

Hanya seorang mahasiswa sosiologi yang suka dengan berbagai isu-isu sosial, ekonomi, politik, dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

FOMO dan Hustle Culture: Tekanan Sosial yang Memicu Burn Out di Era Digital

10 Desember 2024   20:13 Diperbarui: 10 Desember 2024   20:13 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada era digital saat ini, manusia menjadi semakin bergantung terhadap teknologi yang serba digital. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi ini memberikan kemudahan bagi seseorang untuk mengakses berbagai informasi yang tersedia tanpa mengenal batas ruang dan waktu. salah satu bentuk dari teknologi tersebut adalah media sosial.

Media sosial tidak hanya sekedar memberikan akses terhadap suatu informasi, melainkan juga sebagai sarana bagi seseorang untuk berinteraksi sosial dan saling terhubung satu sama lain. Konten yang digunakan dalam media sosial tidak hanya berupa teks, tetapi juga berupa audio, gambar maupun video. Karena kemudahan dan manfaat yang diberikan, penggunaan media sosial kian bertambah dan semakin meluas, sehingga manusia menjadi semakin ketergantungan terhadap media sosial.

Adanya ketergantungan terhadap media sosial tentunya dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang. Kehadiran media sosial yang semakin mengaburkan batasan ruang dan waktu menjadikan berbagai konten informasi dapat dengan mudah tersebar luas dan kemudian diadopsi oleh orang lain, sehingga membentuk suatu pola pikir yang tentunya mempengaruhi pola perilaku orang tersebut. Pengadopsian yang semakin masih menjadikan hal tersebut sebagai suatu trend yang populer dimasyarakat.

Salah satu trend yang sedang populer pada masyarakat Indonesia saat ini adalah Fear of Missing Out (FOMO) dan budaya giat kerja atau Hustle Culture. Kedua trend tersebut dapat populer di kalangan masyarakat melalui berbagai konten yang tersebar di media sosial.

Definisi FOMO dan Hustle Culture

FOMO adalah perasaan cemas atau takut kehilangan pengalaman , informasi, dan peluang seperti yang dimiliki oleh orang lain. Fenomena ini dilatarbelakangi oleh kecenderungan masyarakat yang menilai diri sendiri berdasarkan standar atau pencapaian orang lain. sistem penilaian diri tersebut membuat seseorang berusaha lebih lebih keras untuk mencapai standar sosial tersebut dan kemudian dapat memunculkan Hustle Culture.

Di samping itu, Hustle Culture atau budaya giat kerja merupakan gaya hidup yang menganggap kerja keras tanpa henti adalah kunci utama untuk meraih kesuksesan. Gaya hidup ini cenderung mendoro seseorang terus bekerja tanpa henti dengan mengorbankan waktu istirahat mereka untuk lembur. Perilaku ini diperparah dengan sistem kerja kapitalis yang memberikan iming-iming imbalan material atau apresiasi  terhadap karyawan yang mau bekerja lebih lama lagi, sehingga banyak orang yang rela melakukannya demi mendapatkan imbalan tersebut.

Media Sosial Sebagai Pendorong Utama FOMO dan Hustle Culture

Pada era digital, manusia menjadi tidak dapat terpisahkan dengan media sosial karena manfaat dan kemudahan yang diberikannya. Namun, di samping itu, terdapat pula dampak yang ditimbulkan oleh adanya media sosial seperti munculnya trend FOMO dan Hustle Culture. Penggunaan media sosial dengan berbagai konten didalamnya secara langsung maupun tidak langsung telah merubah pola pikir seseorang tentang berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah gaya hidup.

Trend FOMO sangat terikat dengan media sosial, ini dikarenakan pemahaman-pemahaman mengenai hal tersebut banyak tersebar secara luas di media sosial. Selain itu, media sosial yang dapat digunakan oleh seseorang untuk memposting kesuksesannya telah menarik perhatian orang lain agar bisa memiliki kesuksesan yang sama. Berita atau informasi mengenai barang, tempat atau sesuatu yang sedang viral juga menarik orang lain untuk dapat menikmati hal tersebut. 

Semua hal tersebut memperlihatkan begitu besarnya peran media sosial dalam mempengaruhi perkembangan fenomena FOMO, bahkan juga Hustle Culture. Seperti halnya FOMO, media sosial juga dapat memungkinkan suatu pemahaman mengenai Hustle Culture dapat tersebar dengan luas. Adanya dorongan untuk mencapai standar sosial tertentu dan pemahaman mengenai kerja keras sebagai kunci kesuksesan membuat budaya ini semakin banyak diadopsi oleh masyarakat. 

Perkembangan teknologi digital memungkinkan seseorang untuk terus terhubung dengan pekerjaan  kapanpun dan dimanapun ia berada. Seperti munculnya berbagai aplikasi rapat online dan aplikasi kerja yang berbasis digital. Perkembangan tersebut menjadikan tidak ada lagi alasan untuk tidak bekerja keras, sehingga seseorang akan terus bekerja keras tanpa henti dengan mengorbankan waktu istirahatnya untuk bekerja.

Dampak pada Kesehatan Fisik dan Mental

FOMO dan Hustle Culture memberikan tekanan besar bagi seseorang dan bisa berdampak serius terhadap kesehatan fisik dan mental. Ketika seseorang tidak mampu untuk mengikuti trend yang ada, mereka akan mengalami kecemasan, stres dan tekanan untuk terus mengejar sesuatu yang mungkin tampak mustahil tersebut. Dalam upaya mengejar trend tersebut , sesorang akan berusaha untuk terus meningkatkan produktivitasnya dengan mengorbankan kesehatannya karena waktu istirahat yang tidak cukup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun