Mohon tunggu...
Muhammad Meiza Fachri
Muhammad Meiza Fachri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional

Hit Harder

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Kapitalisme Cetak (Print Capitalism) dan Sebuah Pamflet yang Membentuk Amerika Serikat

29 April 2022   23:41 Diperbarui: 10 Mei 2022   16:13 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gutenberg Press Machine, salah satu faktor utama yang memelopori terjadinya  Print Capitalism. Sumber : History.com

Untuk mengatasi permasalahan ini, salah satu cara yang dilakukan oleh Inggris adalah dengan "memalaki" negara koloninya, The Thirteen Colonies dengan undang-undang dan pajak yang menuai banyak kecaman dari penduduk koloni, seperti The Sugar Act, dan The Stamp Act. 

Penerapan pajak ini menuai kecaman karena penentuan pajaknya dilakukan tanpa mengundang satu pun wakil dari daerah koloni, sehingga penentuan pajak di daerah Amerika dilakukan oleh orang Inggris tanpa adanya konsensi dari daerah koloni (Taxation without Representation)  

Hal-Hal ini akhirnya memanas yang mendorong terjadinya beberapa peristiwa, seperti The Boston Massacre, dan the infamous Boston Tea Party. Peristiwa-Peristiwa ini mendorong berlakunya The Intolerable acts, menandai mulainya pertempuran antara Kerajaan Inggris dan daerah koloni Amerika Utaranya. Di bagian inilah print-capitalism memainkan peran krusialnya dalam terbentuknya kemerdekaan Amerika Serikat. 

Pasca konflik pertama dari kedua pihak (Battle of Lexington and Concord), pihak Amerika sendiri tidak mengetahui, atas tujuan apa mereka berperang dan berjuang. Mereka awalnya berjuang untuk melawan tindak semena-mena yang dilakukan oleh Inggris, tetapi apalagi selain itu?. Di saat inilah, muncul Thomas Paine, dengan "pamfletnya" (karya monumental) yang berjudul Common Sense. 

Common Sense, karya monumental Thomas Paine. Sumber : Explorepahistory.com Orlandosentinel.com
Common Sense, karya monumental Thomas Paine. Sumber : Explorepahistory.com Orlandosentinel.com

Pemikiran Thomas Paine dalam Common Sense mendorong penduduk koloni untuk memerdekakan diri mereka dari penjajahan Inggris. Pamflet ini berisikan kritik terhadap monarki dan, bahwa Amerika serikat memiliki sebuah kesempatan untuk dapat mendirikan bangsa sendiri dengan pemerintahan sentral yang memiliki konstitusi untuk melindungi hak-hak individu, termasuk kebebasan beragama. 

Dengan cepat, karya ini menjadi suatu hal yang viral, laku terjual dan dibacakan di tempat-tempat umum dan menyatukan pandangan seluruh penduduk untuk berjuang menggapai kemerdekaan.

Tercatat, hingga akhir Revolusi sekitar 500.000 salinan berhasil terjual.5 Untuk menarik minat para penduduk dalam mencapai kemerdekaan, Thomas Paine membuat pamflet ini dalam bahasa yang sederhana dengan tujuan agar para penduduk dapat membaca dan memahaminya dengan mudah.

Dengan penggunaan bahasa yang sederhana ini, Paine dapat membuat tulisannya dibaca seantero negeri oleh anak-anak, pria, wanita, miskin dan kaya yang hanya dapat sekadar membaca untuk memahami isi dari Common Sense. 6 

Tidak hanya itu, sebagai bukti, bahwa pamflet ini membawa pengaruh besar dalam pembentukan Amerika Serikat dapat dilihat pada salah satu founding fathers Amerika Serikat, John Adams yang menyatakan, "Without the pen of the author of 'Common Sense the sword of Washington would have been raised in vain." 

Bahkan, dikatakan, bahwa pamflet ini lebih "berguna" dalam menyatukan penduduk Amerika Serikat (Saat itu masih berupa The Thirtheen Colony) dibandingkan Deklarasi Kemerdekaan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun