Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan bantuan manusia lain untuk bertahan. Hal ini mendorong mereka untuk bekerja sama dengan mereka yang memiliki tujuan yang sama. Lambat laun, manusia semakin banyak dan lama berkumpul, hingga membentuk suatu kelompok dengan satu tujuan yang sama, dinamakan komunitas atau Community.Â
Seiring waktu berjalan, komunitas ini akhirnya memiliki suatu kesamaan, entah kesamaan bahasa, agama, senasib atau seperjuangan, yang kemudian membuat mereka mengidentifikasikan diri sebagai suatu bangsa atau nation.Â
Nation, menurut Black's Law Dictionary (Tenth edition), memiliki arti "A large group of people having a common origin, language, and tradition and usually constituting a political entity" Singkatnya, suatu kelompok besar masyarakat yang memiliki kesamaan asal tempat, bahasa dan tradisi, serta biasanya membentuk suatu entitas politik, dapat disebut juga sebagai pemerintahan.
Suatu bangsa / nations pada umumnya memiliki suatu pemerintahan yang akan mereka pertahankan dengan sekuat tenaga mereka. Pandangan untuk mempertahankan pemerintahan inilah yang disebut sebagai nationalism.Â
Benedict Anderson, seorang sejarawan dan pakar politik dunia, dalam Imagined Community, berpandangan, bahwa nations dapat dikatakan sebagai sebuah "socially constructed community," yang dibayangkan (imajined) oleh sekelompok manusia sebagai identitas mereka. Dibayangkan (imajined) karena tidak akan mungkin bagi setiap manusia untuk berinteraksi dengan semua anggota bangsa tersebut. Dengan berbekal pada bayangan tersebut, sekelompok manusia kemudian dapat mengidentifikasikan diri mereka sebagai anggota sebuah bangsa, kendati dalam kelompok tersebut tidak seluruhnya pernah berinteraksi satu sama lain.Â
Seorang sejarawan asal Israel, Yuval Noah Harari, juga memiliki pendapat yang mendukung pernyataan tersebut, yang mana ia menuliskan pada bukunya Sapiens, bahwa sapiens (manusia) dapat bekerja sama karena mereka dapat memercayai hal yang tidak dapat mereka lihat ("fiksi"), melalui ini, manusia dapat bekerja sama dalam jumlah yang besar, mendirikan kota-kota dan imperium berisikan puluhan ribu penghuni dan ratusan juta orang adalah karena mereka percaya dengan suatu hal yang tidak dapat mereka lihat (Percaya dalam agama, percaya dengan tujuan dan lainnya). Â
Begitu pula halnya dengan bangsa, mereka dapat bekerja sama, membanggakan bangsanya, hingga berani mati demi bangsa tersebut karena mereka memercayai suatu identitas bernama bangsa/nations. Lebih lanjut, Benedict Anderson juga mengemukakan, bahwa nationalism dapat berkembang melalui bahasa umum yang banyak digunakan (semacam Lingua Franca) pada daerah tersebut (juga bisa disebut sebagai vernacular), yang disalurkan melalui pencetakan masif, atau dengan print-capitalism.
 Fungsi kapitalisme dalam pengembangan nationalism ini adalah dengan memilih untuk mencetak media informasi (buku, koran, pamflet dan sebagainya) dalam bahasa yang banyak digunakan pada daerah tersebut agar bisa mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya (semakin banyak pembeli karena dapat membaca isi substansi dari media tersebut. Akhirnya, para penduduk daerah tersebut dapat saling mengerti dan tercapailah sebuah pandangan umum, yang akhirnya dapat mendorong integrasi mereka di bawah "panji" pandangan yang sama.
Pandangan Anderson, mengenai penciptaan nationalism ini dapat dilihat dari kejadian nyata dan sangat bersejarah yang membentuk peradaban dunia saat ini, yakni kemerdekaan bangsa Amerika Serikat (United States of America) yang terjadi karena sebuah pamflet "belaka".Â
Revolusi Amerika Serikat dilatarbelakangi oleh terjadinya Perang Tujuh Tahun (Seven Years War) yang dimenangkan oleh Inggris dan sekutunya (Prussia, Portugal dan lain-lain). Kendati mengalami kemenangan, kas Kerajaan Inggris mengalami pengurangan yang cukup signifikan karena telah membiayai pertempuran dari berbagai benua, Eropa, Asia, hingga Amerika.Â