Kulli banni adam khotto' wa khoiru khoto'ina tawwabuna. "Setiap bani adam adalah tempat salah, dan sebaik-baik pembuat salah adalah yang bertaubat"(Hadits) Ketika duduk-duduk berbincang dengan kang Abik habis mengisi telekonferen kerja sama antara IMSA dan FLP Amerika dan Kanada, terlontar perkataan beliau, yang kurang lebihnya adalah, "Setiap karya sastra ada kelemahannya, ada kekurangannya, begitu juga karya saya, sehingga siapa pun boleh mengkritik, dan kita perlu menerima kritik itu dengan jiwa besar dan berterima kasih kepadanya." "Yang terpenting dalam diri kita adalah kemampuan bermuhasabah, alias mengevalusi diri", sambungnya. Kalau sekelas kang Abik bisa berbicara seperti itu, yang bukunya sudah super best seller, maka aku yang masih seperti ini adalah keterlaluan kalau tidak lebih berjiwa besar, batin dalam hati kecilku. Kalau sudah tahu pasti ada kelemahannya, kenapa harus repot-repot memikirkan karya sastra kita yang masih jauh kurang dari sempurna, hibur dalam hatiku juga. Berkarya! Berkarya! Berkarya! Memang, cuek terkadang menimbulkan keberanian. Cuek terkadang dapat mengawal seseorang menjadi seorang yang sukses. Karena cuek dengan kemampuan diri adalah salah satu cara kita menjaga ke-orisinalan karya kita. Memperbaiki kualitas diri dan terbuka akan saran-saran yang diberikan orang lain, akan semakin disukai orang. Karena kita menerima kritikan orang lain dan mau mendengarkan. Sifat cuek terkadang membuat kita tidak mandek dalam satu persoalan. Sambil tetap berjalan ke depan, kita mencari tahu - Apa yang menjadi problema dan apa yang akan menjadi solusi. Ia akan mendorong seseorang untuk bergerak lebih mantap dan hati-hati. Sifat cuek ini menjadikan seseorang tidak mudah ambruk di tengah jalan, alias "mutung". Ia tetap semangat walaupun badai menghantam. Walaupun rintangan berat dihadapan. Aku jadi teringat dengan seorang gadis Amerika keturunan Afrika. Ia begitu tersiksa dengan warna kulit hitam yang membungkus seluruh tubuhnya. Fikiran dan cita-citanya hanya disibukkan oleh - Bagaimana agar kulitnya menjadi putih - tidak hitam seperti ketika ia dilahirkan. Segala merek krem pemutih ia gosokkan. Dirinya ia sibukkan dengan iklan-iklan pemutih kulit di tv dan koran. Hatinya berdegup tegang, adrenalin meninggi, ketika iklan tv pemutih kulit produk kosmetik kulit terbaru ia lihat. Inikah mukjizat itu? Ia masih berharap agar kulitnya akan menjadi putih. Cahaya matahari adalah momok musibah dalam benaknya. Sehingga cahaya matahari pun ia hindari, khawatir membakar kulitnya. Setiap terpaksa harus keluar rumah, ia pastikan badannya tertutupi oleh kain bajunya, dan tidak tersengat sinar matahari. Akan tetapi kulitnya yang hitam tetap hitam. Ia tidak bisa men-cuekkan tekadnya untuk menjadikan kulitnya berubah putih. Seputih gadis-gadis blonde teman-temannya di sekolah. Seandainya ia tahu, bahwa kulitnya tidak akan menjadi putih, ia pasti akan cuek dengan keinginannya itu. Nasib! Adalah Khubaib bin Adi, seorang sahabat Nabi ahli Badar yang sahid di tiang salib karena pengkhianatan, syair yang ia dendangkan menjelang kematian menjadikan bukti ia tetap mencintai Allah dan Rasul-Nya. Mati bagiku tak menjadi masalah Asalkan dalam ridha dan rahmat Allah Dengan jalan apa pun kematian itu terjadi Asalkan kerinduan kepada-Nya terpenuhi Kuberserah kepada-Nya Sesuai dengan takdir dan kehendak-Nya Ketika panah-panah siap diarahkan ke semua bagian tubuhnya, dan tawaran pembebasan diberikan di depan matanya, ia masih bisa bersikap, "Demi Allah, tak sudi aku bersama anak istriku selamat menikmati kesenangan dunia, sementara Rasulullah terkena musibah walau oleh sepotong duri!" Aduhai! Begitu cueknya ia dengan rasa sakit dan dahsyatnya kematian. betapa cueknya ia dengan sakaratul maut. Yang akan memisahkan segala kenikmatan di dunia ini. Cueknya membangkitkan keberanian. Cueknya ini kelak mengantarkan kakinya menginjak pintu surga-Nya. Sifat cuek, akan mencegah seseorang berfikiran serba negatif. Ia tidak akan terlalu banyak pertimbangan dengan peluang dan kesempatan yang ada. Ia tidak akan berhenti berfikir lama-lama dengan kesempatan di depan mata. Ia akan mampu mencegah seseorang untuk selalu berfikiran negatif dengan kesalahan yang telah dibuatnya. Dan sifat ini juga terkadang mendorong orang untuk tampil di depan penuh percaya diri, menjadi orang yang sukses. Ia berani melontarkan gagasan dengan segala kelemahan dan kekurangan yang ia miliki. Sudah tentu ia juga berani menghadapi segala kritikan dan saran yang ia dapatkan. Sifat cuek terkadang menjadi bumerang kesuksesan seseorang, akan tetapi terkadang cuek memang perlu, demi sebuah kesuksesan itu sendiri. Kalau anda masih mempunyai sikap cuek, bisa jadi anda adalah salah seorang yang akan mencapai kesuksesan. Silakan mencoba dan selamat bercuek ria! :-) http://blogku.net/catatan-pribadi/cuek/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H