Telkom Gelar Program Smart City. Demikian judul berita di sebuah media nasional terbitan 30 Oktober 2012. Muhammad Awaludin, Director Of Enterprise and Wholesale Telkom, menyampaikan program smart city tersebut dimaksudkan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi dan menikmati fasilitas kota. Lebih lanjut dikatakan program smart city di DKI Jakarta akan terfokus pada persoalan pendidikan dan transportasi.
Istilah smart city memang masih baru, bahkan nyaris belum terdengar di Indonesia. Diskusi tentang hal itu baru menjadi konsumsi akademis dan kalangan yang sangat terbatas. Fakta ini cukup memprihatinkan, karena sebenarnya smart city bukan lagi materi diskusi, namun telah terimplementasi di berbagai belahan dunia.
Founder smartcitieshub, @boydcohen menerbitkan daftar 10 smart city terbaik di dunia. Kota Vienna menempati urutan teratas, diikuti oleh Toronto dan Paris di urutan kedua dan ketiga.Dua dari sepuluh kota tersebut berasal dari Asia, yaitu Tokyo dan Hongkong. Meskipun tidak masuk 10 besar dunia, kota Seoul dan Singapura disebut sebagai smart city dengan skor tinggi.
Definisi Smart City
Hingga saat ini belum ada definisi yang baku mengenai smart city. Menurut Wikipedia, kota dapat disebut smart city ketika investasi modal sosial dan manusia, infrastruktur transportasi serta teknologi informasi mampu mendorong pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dan kualitas hidup yang tinggi, dengan pemanfaatan sumber daya alam yang yang bijak, melalui tata kelola pemerintahan yang partisipatif.
Secara sederhana dapat dikatakan sebagai kota yang lebih cerdas, yaitu layak huni, efisien, dan berkelanjutan. Smart city paling tidak meliputi enam dimensi, yaitu ekonomi, mobilitas, lingkungan, manusia, kehidupan dan pemerintahan. Meskipun meliputi banyak dimensi, namun pada umumnya titik awal proyek smart city berangkat dari penyiapan teknologi informasi dan komunikasi.
Kenapa Smart City
Pada 1950 komposisi penduduk di kota secara global berkisar 29 persen, naik menjadi 50 persen pada 2008. Diperkirakan komposisinya menjadi 65 persen pada 2040. Perkiraan ini didasari dari data, yaitu 1,3 juta penduduk bermigrasi ke kota setiap minggunya.
Saat ini jumlah megacity, yaitu kota dengan populasi lebih dari 10 juta, sebanyak 21 kota, naik tajam dari tahun 1975 yang hanya tiga kota. Sedangkan kota dengan populasi lebih dari sejuta mencapai lebih dari 500 kota. Tokyo tercatat sebagai kota dengan populasi terbesar, yaitu 36 juta.
Karenanya, tidak berlebihan jika W. Webb mengatakan “abad ke-19 adalah abad kerajaan, abad ke-20 adalah abad negara bangsa dan abad ke 21 akan menjadi abad kota”.
Di negara berkembang, smart city menjadi solusi terhadap permasalahan urbanisasi yang tumbuh luar biasa, beserta berbagai problematika yang mengikutinya, seperti kemacetan, kriminal, sampah, kesehatan, transportasi, lapangan kerja, dan seterusnya. Sedangkan di negara maju, smart city menjawab kebutuhan masyarakat untuk mengurangi polusi udara, emisi karbon dan sejenisnya.
Jakarta dan Smart City
Seperti halnya kondisi global, begitu juga Jakarta. Masalah urbanisasi di Jakarta menjadi problem rumit sejak puluhan tahun lalu. Kota yang memiliki luas 740 km2 ini dihuni lebih dari 9,6 juta jiwa, dan jika diperluas area metropolitan penduduknya lebih dari 28 juta jiwa.
Kemacetan menjadi menu wajib setiap hari, tidak hanya di dalam kota namun sudah meluas ke pinggiran. Angkutan umum bukannya menjadi kebanggaan warga sebagaimana di negara maju, justru menjadi sumber kemacetan dan keruwetan. Aksi kriminal jalanan menghiasi koran setiap hari. Banjir menjadi momok tahunan. Dan seterusnya.
Dengan smart city, berbagai macam data dan informasi yang berada di seantero Jakarta dapat dikumpulkan melalui sensor-sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dianalisis dengan aplikasi cerdas, selanjutnya disajikan sesuai kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang dapat di akses oleh berbagai jenis gadget. Melalui gadgetnya, secara interaktif pengguna juga dapat menjadi sumber data, mereka mengirim informasi ke pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain.
Sebagai contoh, penduduk Jakarta dapat memantau kondisi kemacetan jalan melalui gadget. Mereka mengetahui kecepatan rata-rata yang dapat ditempuh, melihat gambar, kondisi cuaca, dan seterusnya. Lebih jauh dapat mengetahui lokasi aksi demo, kriminalitas, ketersediaan tempat parkir dan lainnya. Mereka mendapat rekomendasi rute alternatif yang lebih baik, bahkan rekomendasi untuk bepergian dengan moda transportasi lain seperti kereta. Seluruh informasi tersebut diperoleh secara real-time, mudah bahkan nyaman.
Menuju Smart City
Pada forum 4th Indonesia-Japan Joint Economic Forum (IJ-JEF) di Tokyo, Oktober lalu, Menko Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan bahwa Jepang akan segera melakukan feasibility study untuk merancang masterplan smart city di Tangerang Selatan.
Bulan Mei tahun ini ITB mengumumkan kerja sama dengan Research In Motion (RIM). Kedua institusi sepakat akan mewujudkan smart city di Indonesia yang antara lain meliputi smart transportation, smart health, smart communications, dan smart educations.
Bagi Jakarta, smart city bukanlah mimpi yang tak terjangkau. Negara tetangga telah memulai, meskipun pada tahapan awal dan lingkup yang sangat terbatas. Vietnam memiliki Saigon M & C Tower, Philipina memiliki Twin Oaks Place, dan tetangga terdekat kita, Malaysia sedang mengembangkan kawasan prestisius Smart Connected Nusajaya.
Seperti disebut di atas, smart city meliputi enam dimensi. Jakarta boleh memulai proyek smart city dari dimensi mana pun yang paling potensial. Seperti halnya banyak terjadi di negara lain, Industri ICT pada umumnya menjadi langkah awal pengembangan smart city.
Telkom Group berencana membangun sejuta Wi-Fi pada akhir 2013. XL Axiata juga telah meluncurkan XL Wi-Fi Zone di Senayan City (1/12/11), dan hinga kini jumlahnya telah mencapai 500 titik. Tidak mau ditinggal Telkom dan XL, Indosat baru saja meluncurkan Super Wi-Fi sebanyak 700 titik di Jawa dan Bali (28/9/12). Dalam waktu dekat, Indosat menargetkan 30.000 titik Super Wi-Fi di seluruh Nusantara.
Dari sisi aplikasi, beberapa provider telah memulai langkah smart city. Sebut saja www.lewatmana.com, yang menawarkan live-traffic di berbagai kota besar. Telkom juga telah menyiapkan e-government, e-education, e- health dan e-BAZ.
Smart city memang masih menjadi barang asing di Indonesia. Namun, pada saatnya nanti akan semakin popular dan nyata. Paling tidak karena beberapa keyakinan berikut. Pertama, implementasi smart city semakin popular di berbagai belahan dunia. Kedua, makin mudah mendapatkan teknologi sensor berdaya rendah. Ketiga, operator gencar mengembangkan jaringan data wireless. Keempat, penetrasi gadget semakin luas dan tingkat partisipasi publik yang semakin tinggi.
Jakarta menuju smart city, bukanlah mimpi karena pada saatnya akan manjadi nyata. Bagaimana konsep dan bentuk smart city Jakarta? Kita lihat saja perkembangannya beberapa tahun mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H