Berca baru melakukan komersial pada Februari tahun ini dengan merk dagan WiGo. Jaringan WiGO tergelar di delapan kota yaitu Medan, Balikpapan, Batam, Denpasar, Makassar, Pekanbaru, Palembang, dan Pontianak. Sampai akhir tahun 2012 WiGO merencanakan 400 BTS WiMAX. Dalam lima tahun ke depan, WiGo menargetkan sejuta pelanggan.
Kenapa teknologi kandidat 4G ini tidak populer di Indonesia? Paling tidak ada tiga alasan penting seperti berikut. Pertama, kebijakan lisensi Fixed WiMAX. Pada awalnya lisensi yang ditender pemerintah adalah Fixed WiMAX. Padahal pada saat yang sama standar Mobile WiMAX telah diterbitkan dan siap komersial. Para pemegang lisensi nampak ragu-ragu menggelar Fixed WiMAX, kawatir layanannya tidak mampu bersaing dengan Mobile WiMAX yang tentu lebih digemari pasar. Meskipun belakangan sikap pemerintah melunak, dengan mengijinkan pemegang lisensi menggelar Mobile WiMAX, namun respon tersebut di anggap terlambat.
Kedua, kebijakan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Pemerintah mensyaratkan TKDN minimal 30 persen untuk perangkat dan 40 persen untuk base station. Maksud kebijakan tersebut sangat baik, yaitu membangkitkan industri lokal dan transfer teknologi. Sehingga munculah produsen perangkat lokal seperti TRD dan HARIFF serta pembuat chipset XIRKA. Namun konsekuensinya, harga perangkat menjadi relatif lebih mahal karena skala ekonominya yang terbatas.
Ketiga, bayang – bayang LTE. Operator GSM sudah pasti akan menggelar LTE ketika lisensinya telah ditender pemerintah. Dengan jumlah pelanggan seluler yang telah mencapai 245 juta, penetrasi LTE tentu bakal meluas bahkan masif. Pada kondisi demikian, operator WiMAX menjadi semakin sulit bersaing melawan LTE. Fenomena ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tapi di seluruh dunia.
Masa Depan WiMAX Indonesia
Sejak lisensinya di tender pemerintah tahun 2009 lalu, sampai saat ini baru First Media dan Berca yang menjual teknologi WiMAX secara komersial. Itu pun dengan jumlah pelanggan yang tidak signifikan. Lalu bagaimanakah nasib WiMAX ke depan?
Sebagai operator GSM, Indosat nampaknya batal menggelar WiMAX. Indosat diperkirakan akan lebih fokus mempersiapkan tender LTE untuk mempertahankan 50 juta pelangganya dari gempuran XL dan Telkomsel.
Dari kelima operator pemegang lisensi, sebenarnya Telkom dan First Media yang paling potensial mengembangkan WiMAX. Telkom dapat memanfaatkan teknologi WiMAX untuk meng-upgrade jaringan Speedy maupun Flexi. Namun nampaknya Telkom punya pilihan lain. Mungkin Telkom memilih GPON untuk Speedy dan EVDO-LTE untuk Flexi.
Jika Telkom dan Indosat batal menggelar WiMAX, maka tinggallah Jasnita. Seandainya Jasnita jadi menggelar WiMAX, berarti ada tiga operator yang akan melanjutkan kiprah WiMAX di Indonesia, yaitu First Media, Berca dan Jasnita. Dari ketiganya, hanya Fisrt Media yang sudah punya pengalaman di industri telekomunikasi ritel.
Perkembangan WiMAX dipastikan semakin sulit manakala LTE sudah komersial. Jika tahun depan pemerintah menggelar tender LTE, kemungkinan 2014 sudah mulai komersial. Dengan demikian momentum WiMAX sangat singkat, yaitu 2012 – 2014. Mampukah ketiga operator tersebut menggenjot penetrasi WiMAX dalam dua tahun ke depan?
Pada kondisi demikian, nampaknya perkembangan WiMAX tidak mungkin berlari cepat. Karenanya wajar jika Berca hanya menargetkan sejuta pelanggan dalam lima tahun ke depan. Teknologi WiMAX akan menjadi bonsai akibat LTE, layu sebelum sempat berkembang. Demikianlah siklus teknologi telekomunikasi, lahir berkembang dan akhirnya mati karena teknologi yang lebih diminati.